Banjarmasin (ANTARA) - Ihsan Noor, mahasiswa Program S3 Ilmu Pertanian konsentrasi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) telah berhasil menciptakan sistem "swampy forest" untuk mengatasi air asam tambang.
Melalui disertasinya berjudul "Pengembangan Passive Treatment Air Asam Tambang melalui Swampy Forest Sistem Pada Lahan Reklamasi Pascatambang Batubara", Ihsan mengemukakan konsep pemanfaatan limbah kelapa sawit berupa tandan kosong kelapa sawit dapat meningkatkan pH air asam tambang dengan cepat melalui proses yang tepat.
"Istilah swampy forest dapat didefiniskan sebagai proses reklamasi pascatambang dengan mengkombinasikan pemberian bahan organik dengan jenis rumput dan jenis pohon yang sesuai, sehingga mampu merubah kualitas air tidak memenuhi baku mutu menjadi memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 113 tahun 2003 dan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 036 tahun 2008," ucapnya kepada ANTARA usai ujian akhir disertasi di Gedung Pascasarjana ULM di Banjarmasin, Selasa.
Ihsan menuturkan, pemanfaatan sumber daya alam berupa tambang batubara berdampak positif dalam pembangunan ekonomi dan energi. Namun di samping itu, aktivitas penambangan batubara dapat pula berdampak negatif bagi lingkungan yang berakibat pencemaran lingkungan di tanah, air dan udara apabila tidak dikelola dengan baik.
Seperti permasalahan air asam tambang (AAT), ungkap dia, masih terjadi di banyak pertambangan batubara. Sebagai contoh nilai pH air yang rendah dan kandungan logam berat yang tinggi yang tidak diizinkan secara peraturan yang berlaku untuk dilepas ke perairan umum karena akan mencemari lingkungan sekitar.
Untuk itulah, tingginya biaya pengolahan dengan sistem aktif berupa bahan kimia seperti kapur untuk menetralkan air untuk memenuhi baku buku diharuskan dan terlambatnya rencana penanaman kembali karena kondisi tanah di pertambangan yang umumnya asam dan kritis, sehingga diperlukan konsep baru untuk memadukan pengolahan air asam tambang yang lebih murah dan percepatan penanaman kembali reklamasi lahan pascatambang secara bersama-sama secara terpadu dengan sistem “swampy forest”.
Ihsan menjelaskan, pemilihan jenis rumput yang ditentukan dapat mengurangi konsentrasi logam berat pada air asam tambang hingga memenuhi baku mutu sebagai tahapan jangka menengah dan mempersiapkan lahan pascatambang dengan terpilihnya jenis pohon berkayu dengan umur panjang melalui berkembangnya biomassa tanaman yang dapat tumbuh toleran dan adaptif pada kondisi kritis dan asam sebagai tahapan jangka panjang.
Penelitian sistem Swampy Forest itupun sudah diimplementasikan pada perusahaan pertambangan batubara PT Jorong Barutama Greston yang juga merupakan pemberi fasilitas penelitian ini dapat berlangsung dengan baik dan berhasil.
"Sistem swampy forest ini akan terus dikembangkan, sehingga tercapai proses dengan biaya yang jauh lebih murah, ramah lingkungan, proses secara alami dan berkelanjutan. Pada akhirnya dapat bermanfaat bagi perusahaan pertambangan batubara dalam mengelola limbah cairnya dengan tepat dan pemulihan lahan pascatambangnya lebih cepat," tandas Ihsan yang berhasil lulus Program Doktor dengan nilai sempurna 4,0 alias predikat Cumlaude.
Ihsan Noor ciptakan sistem "swampy forest" atasi air asam tambang
Selasa, 11 Agustus 2020 22:07 WIB
Istilah Swampy Fores dapat didefiniskan sebagai proses reklamasi pascatambang dengan mengkombinasikan pemberian bahan organik dengan jenis rumput dan jenis pohon yang sesuai, sehingga mampu merubah kualitas air tidak memenuhi baku mutu menjadi memenu