Seluruh provinsi di Indonesia yang memiliki potensi produksi padi diminta meningkatkan stok bibit padi mengantisipasi cuaca ekstrem yang mungkin masih terjadi pada 2011.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Dr Haryono pada rapat koordinasi P2BN di Kalimantan Selatan, Selasa (12/4).
Menurut Haryono, cuaca ekstrem baik itu curah hujan tinggi, angin ribut dan gelombang besar yang terjadi hampir sepanjang 2010 tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada 2011.
Kondisi tersebut, kata dia, dikhawatirkan akan menghambat pengiriman bibit padi antardaerah maupun antara provinsi, dengan demikian diharapkan seluruh provinsi bisa mengupayakan untuk memproduksi bibit padi sendiri.
Bila memungkinkan, kata dia, produksi bibit tersebut ditambah untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, antara lain akibat bencana banjir dan lainnya.
Produksi pada 2011 rata-rata nasional ditargetkan mencapai 70,6 juta ton gabah kering giling (GKG), meningkat 7 persen dibanding 2010.
"Kita menargetkan surplus beras hingga 10 juta ton pada 2015, makanya kita terus melakukan terobosan baru untuk mencapai itu," katanya.
Mencapai sasaran produksi tersebut, kata dia, Kementerian Pertanian memfokuskan pengembangan padi pada 11 provinsi sentra produksi padi termasuk Kalimantan Selatan.
Selain itu tambah dia, juga dilakukan peningkatan produktivitas padi antara lain melalui perluasan tanam, pengendalian organisme pengganggu tanaman, penurunan kehilangan hasil, antisipasi dampak perubahan iklim dan penguatan kelembagaan.
"Produksi padi kita sudah cukup bagus bahkan dibanding dengan Thailand masih bagus produksi padi Indonesia," katanya.
Namun demikian, kata dia, perlu dicari upaya peningkatan produksi agar lebih baik lagi, selain tersebut di atas juga perlu penerapan teknologi.
Meningkatkan produksi padi tersebut, Kepala Dinas Pertanian Kalsel Sriyono mengatakan, kini pihaknya sedang melakukan sosialisasi agar petani bersedia memanfaatkan bibit baru yaitu Impara.
Menurut dia, kalau hujan masih berlangsung hingga satu tahun ke depan, petani akan diminta untuk menanam padi Impara yang tahan genangan, dengan demikian peristiwa yang terjadi pada 2010 di mana petani tidak bisa menanam tidak terulang.
"Saya berharap dengan adanya Impara ini, beberapa petani di kabupaten yang lahan pertaniannya di lahan lebak atau gambut bisa tetap menanam padi," katanya.
Beberapa daerah, kata dia, yang telah dilakukan uji coba dengan padi Impara tersebut dan ternyata cukup berhasil dengan produksi mencapai 8,6 ton/hektare atau jauh lebih baik dibanding padi Ciherang dengan produksi 6 ton per hektare.
Apalagi, kata dia, mendukung meningkatnya produksi padi tersebut telah diberikan bantuan benih langsung benih unggul (BLBU) dari pemerintah pusat untuk lahan seluas 120 ribu hektare./B*C