Bumi Sanggam
Pasca diresmikannya Balangan sebagai kabupaten oleh Menteri Dalam Negeri RI, Hari Sabarno pada Selasa, 8 April 2003 berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan, maka diwajibkanlah membuat sebuah lambang kedaerahan.
Atas kesepakatan bersama dalam urun rembug Panitia Pembebasan Kabupaten Balangan (PPKB) yang diKetuai H. Syakhrani Aseng pembuatan lambang kedaerahan lantas disayembarakan kepada seluruh masyarakat Kalimantan Selatan.
Dari hasil sayembara diperoleh lambang kedaerahan yang di buat oleh tokoh masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Utara Yusni Antemas sebagai pemenang dan digunakan hingga sekarang oleh pemerintah daerah kabupaten setempat.
Lambang itu berbentuk perisai dengan warna dasar hijau, hitam dan merah. Pada perisai tergambar kapas dan padi, susunan batu bata, piring, tangkai pena, persegi empat trapezium, kubah mesjid, bintang, benteng, batung batulis dan tulisan SANGGAM pada pita putih.
Hijau yang mendominasi perisai berarti kesuburan atau kemakmuran. Namun bisa pula diartikan sebagai kemulaiaan dan keagungan. Warna hitam dimaknai sebagai keberanian atau kesanggupan. Sedang merah diartikan sebagai kesucian dan kesejukan. Bentuk perisai sendiri diambil maknanya sebagai kemampuan untuk mempertahankan diri dari segala rintangan.
Gambar kapas yang berjumlah 17, rantai yang berjumlah delapan dan padi yang berjumlah 45, melambangkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI. Kapas dan padi bermakna kekayaan sumber daya alam dan mata pencaharian masyarakat Balangan, sedang rantai sebagai lambang pemersatu.
Susunan Batu Bata dengan 4 pilar berwarna merah, melambangkan Benteng Tundakan yang merupakan pertahanan Pangeran Antasari ketika melawan penjajah Belanda.
Piring berwarna hitam melambangkan tempat bersejarah di wilayah Balangan yang dikenal dengan nama Batu Piring. Daerah ini dikenal sebagai tempat yang mengandung sumber daya alam untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat.
Tangkai Pena berbentuk bambu runcing berwarna kuning, melambangkan batung batulis yang merupakan bahan utama dari mahligai Puteri Junjung Buih dan semangat perjuangan rakyat Balangan. Mata Pena digambarkan menancap ke dalam piring berwarna hitam, melambangkan investasi sumber daya manusia yang menjadi prioritas pembangunan guna mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian.
Persegi empat Trapesium di kiri dan kanan tangkai pena, berbentuk huruf O dan D berarti otonomi daerah. Kubah Masjid berwarna hijau, melambangkan ketaatan umat dalam melaksanakan ajaran agama. sedang bintang berwarna Kuning melambangkan keTuhanan Yang Maha Esa, sesuai Pancasila.
Batung batulis sebagai tangkai pena sebanyak 3 ruas, mengandung arti 003 atau tahun 2003, yang secara keseluruhan mengandung makna 8 April 2003, sebagai peresmian berdirinya Kabupaten Balangan.
Tulisan (Soka) SANGGAM pada sehelai pita berwarna putih merupakan singkatan dari kalimat Sanggup Bagawi Gasan Masyarakat memiliki makna kesanggupan untuk melaksanakan pembangunan yang didasari keihklasan bagi segenap lapisan masyarakat.