Jakarta (ANTARA) - Penyakit jantung di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan karena merupakan salah satu penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia setelah stroke.
Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2018 menunjukkan prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia mencapai 1,5 persen dari total penduduk. Setidaknya, 15 dari 1.000 orang atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit jantung.
Penyakit tidak menular yang juga tak jarang menyerang secara tiba-tiba penderitanya ini menduduki statistik 12,9 persen dari seluruh penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Dikarenakan banyaknya penderita di Indonesia, beban biaya akibat penyakit jantung juga menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia. Data BPJS Kesehatan menunjukkan adanya peningkatan biaya layanan untuk penyakit jantung koroner dari tahun ke tahun.
Mengacu pada laporan keuangan BPJS Kesehatan, penyakit jantung koroner pada 2014 menghabiskan dana hingga Rp4,4 triliun. Biaya tersebut meningkat menjadi Rp7,4 triliun pada 2016 dan terus meningkat pada 2018 sebesar Rp9,3 triliun. Sementara untuk periode Januari-Maret 2019 pembiayaan untuk penyakit jantung sudah mencapai Rp2,8 triliun.
Padahal, penyakit jantung termasuk dalam kategori penyakit tidak menular yang sebenarnya dapat dicegah oleh masyarakat itu sendiri dengan menerapkan perilaku hidup sehat.
Prinsip utama dalam mencegah berbagai penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, dan lainnya adalah mengonsumsi makanan sehat dan seimbang, olahraga atau aktivitas fisik, dan tidak merokok. Terdengar klasik, tapi memang hal-hal sesederhana itulah yang sulit dilakukan oleh banyak orang.
Konsumsilah makanan yang seimbang. Kementerian Kesehatan telah mengampanyekan jargon Isi Piringku untuk mengganti 4 Sehat 5 Sempurna.
Dalam Isi Piringku harus terdapat makanan pokok 50 persennya berupa karbohidrat, 20 persen lauk pauk sebagai sumber protein, dan 30 persennya berisi sayuran dan buah sebagai sumber vitamin serta serat. Selain itu, harus memenuhi kebutuhan hidrasi dengan minum air putih delapan gelas per hari.
Baca juga: Rokok dan tarif RS andil tertinggi inflasi di Kalsel
Menteri Kesehatan Nila Moeloek menekankan penerapan pola makan seimbang bukan berarti masyarakat tidak boleh menyantap makanan tinggi lemak dan kolestrol seperti masakan Padang.
Akan tetapi, masyarakat sendiri yang harus membatasi bila telah mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kolestrol, sebaiknya di hari-hari berikutnya menyantap makanan rendah lemak dan kolestrol agar tidak menjadi berlebih.
Masyarakat juga disarankan lebih banyak makan buah dan sayur. Data Kemenkes, lebih dari 90 persen orang Indonesia kekurangan asupan buah dan sayur.
Olahraga sangat membantu untuk mencegah berbagai penyakit tidak menular selain penyakit jantung. Berolahraga membantu dalam melatih jantung agar tetap sehat.
Manfaat berolahraga dan aktivitas fisik teratur jauh lebih dari sekadar menurunkan berat badan atau mendapat bentuk badan ideal.
Selain meningkatkan kesehatan badan secara keseluruhan, olahraga membantu pembuluh darah rileks dan melebar, memungkinkan darah mengalir lebih efisien dan menyehatkan jantung.
Baca juga: Iklan rokok dilarang di media penyiaran
Jika pun tidak sempat berolahraga, upayakanlah untuk beraktivitas fisik setidaknya 30 menit sehari. Entah itu berjalan kaki, mencuci mobil, membersihkan rumah, seperti menyapu dan mengepel atau melakukan hal lain. Berolahraga dan aktivitas fisik dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung hingga 29 persen.
Kurangi kebiasaan hidup tidak sehat dengan mengurangi kebiasaan atau berhenti merokok. Merokok dapat merusak lapisan pembuluh arteri yang menyebabkan penumpukan kandungan lemak dan mempersempit pembuluh darah yang akan dimulai dengan gejala nyeri di dada. Tak sedikit orang yang mengetahui bahwa dirinya mengalami penyempitan arteri setelah mendapat serangan jantung atau stroke.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr Isman Firdaus Sp.JP (K) mengatakan polusi udara memengaruhi seseorang dalam menderita penyakit jantung.
Perokok pasif dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung.
Dokter Isman menyebut merokok hanya satu batang per hari dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner hingga 48 persen.
Selain asap rokok, data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan polusi udara di perkotaan juga bertanggung jawab atas 25 persen kematian akibat kardiovaskular.
Data WHO tersebut sejalan dengan data Riskesdas 2018 yang menyebutkan bahwa masyarakat kota cenderung lebih banyak terserang penyakit jantung dengan prevalensi 1,6 persen dibandingkan dengan penduduk pedesaan yang hanya 1,3 persen.
Masyarakat juga diimbau untuk mengetahui kondisi tubuhnya dengan melakukan pemeriksaan kesehatan minimal satu tahun sekali yang dilakukan secara berkala untuk mengetahui secara dini berbagai risiko penyakit.
Kemenkes juga menganjurkan masyarakat beristirahat cukup setiap hari dan mengelola stres untuk mencegah kemungkinan mengidap penyakit tidak menular.
Meskipun terlihat tidak ada hubungan langsung yang jelas antara tingkat stres tinggi dan penyakit jantung, stres dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan jantung.
Stres bisa menyebabkan tekanan darah tinggi, membuat makan berlebih karena nafsu makan meningkat, kurang berolahraga, atau merokok lebih dari biasanya.
Stres jangka panjang juga dapat menyebabkan tubuh mengalami peningkatan kadar hormon stres seperti adrenalin dan kortisol yang meningkatkan risiko terkena serangan jantung.
Dengan kesadaran diri akan penyakit jantung diharapkan setiap masyarakat secara tidak langsung berkontribusi untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat penyakit jantung.