Banjarbaru (ANTARA) - Kemarau panjang yang melanda hampir seluruh wilayah Kalimantan Selatan, bukan hanya berdampak pada berkurangnya penyaluran air bersih ke masyarakat, tetapi juga pada sektor pertanian.
Salah satu sektor pertanian yang sangat merasakan dampak musim kemarau adalah petani timun di Jalan Kurnia Ujung Landasan Ulin Utara, Kecamatan Liang Anggang, Banjarbaru.
Salah seorang perani Maryono (37) mengatakan, pada musim kemarau saat ini hasil panen timun miliknya mengalami penurunan, akibat kurangnya sumber air.
Baca juga: Bulog Kalsel targetkan serap 28.200 ton gabah
"Sudah satu bulan terakhir ini, jarang turun hujan, sehingga sumber air di daerah ini mulai mengering," katanya.

Kondisi tersebut membuat, produksi timun di lahannya menjadi berkurang drastis.
Baca juga: Video Dandim 1001: Dampingi petani sukseskan program pemerintah
Biasanya, satu kali panen, dia bisa menghasilkan timun sebanyak 1,5 ton di lahan seluas setengah hektare, namun saat ini hanya mencapai 700 kilogram saja,
Beruntung, harga jual timun sekarang cukup bagus, naik sekitar Rp1.000 dari sebelumnya Rp2 ribu per kilogram, kini menjadi Rp3 ribu per kilogram, ditingkat petani.
Kenaikan harga tersebut, tambah dia, sangat membantu dia dan beberapa petani lainnya, menutupi kerugian akibat merosotnya hasil produksi.
Menurut Maryono, dampak kemarau kali ini, bukan hanya dirasakan oleh petani timun saja, tetapi juga petani hortikultura lainnya, yang tanamannya memerlukan banyak pasokan air.
Baca juga: Petani Batola penen bawang merah 50 ton per hektare