Jakarta (ANTARA) - Anjloknya jumlah penumpang pesawat hingga 27,37 persen menyebabkan penurunan total jumlah pemudik Lebaran sebesar 2,42 persen pada Lebaran 2019.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam pemaparan penutupan Posko Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 2019 Kementerian Perhubungan, Jakarta, Jumat, mengatakan pihaknya akan mengevaluasi terkait penurunan jumlah penumpang angkutan udara yang signifikan pada Lebaran tahun ini.
“Pada dasarnya angkutan udara memang harus kita evaluasi dengan sistematis agar bisa memberikan pelayanan lebih baik,” katanya.
Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhub pada H-7 hingga H+7 Lebaran 2019, secara keseluruhan jumlah penumpang pada Lebaran 2019 turun sebesar 2,42 persen, yakni 18,3 juta orang dibandingkan dengan 18,7 juta orang pada Lebaran 2018.
Rinciannya, moda jalan paling besar kenaikan jumlah penumpang, yaitu mencapai 11,19 persen dari 3,7 juta orang pada Lebaran 2018 menjadi 4,1 juta orang pada Lebaran 2019, angkutan penyeberangan naik tipis 0,43 persen dari 4,068 juta orang menjadi 4,086 juta orang, angkutan kereta api naik 6,62 persen dari 4,7 juta orang menjadi 5,1 juta orang, angkutan laut naik 8,7 persen dari 1,36 juta orang menjadi 1,4 juta orang dan angkutan udara anjlok 27,37 persen dari 4,8 juta orang menjadi 3,4 juta orang.
Jadi, lanjut Budi, penurunan hanya terjadi di moda angkutan udara yang menyebabkan secara total penumpang menurun di Lebaran tahun ini.
“Secara umum jumlah pemudik mengalami kenaikan walau tidak signifikan,” katanya.
Dalam kesempatan sama, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana Banguningsih Pramesti menjelaskan bahwa faktor penyebab penurunan jumlah penumpang pesawat tidak terlepas dari harga tiket yang terpengaruh tarif batas atas meskipun sudah ada imbauan untuk menurunkan 12-16 persen.
Sebab, lanjut dia, dalam masa ramai (peak season) Lebaran maskapai mencari margin keuntungan untuk menutupi kerugian di rute-rute yang kurang berpotensi.
“Berdasarkan arta Balitbang untuk rute dengan harga tertinggi Jakarta-Surabaya ada penurunan penumpang, 7,8 persen, Jakarta-Medan minus lima persen secara rata-rata semua maskapai, Garuda, Batik, sriwijaya, Citilink dan Lion,” ujarnya.
Adapun, Polana mengatakan peningkatan jumlah penumpang terjadi di rute Jakarta-Makassar yang disinyalir pembelian tiket sudah jauh-jauh hari sehingga belum ada kenaikan harga dan masih berlaku peraturan menteri yang lama.
Selain itu, dia menjelaskan adanya peningkatan mudik gratis di moda lain, seperti laut juga memicu pergeseran moda mudik, seperti kereta dan laut.
“Saya aminkan ada dampak psikologis dengan harga tiket yang lebih tinggi dibanding periode-periode sebelumnya,” ujarnya.