Barabai, (Antaranews Kalsel) - Sehubungan ditemukannya kasus penyakit Human Immunodeficeincy Virus (HIV) dan Acquired Immune Defeciency Syndrome (AIDS) di Kabupaten HST yang sampai Tahun 2018 ini mencapai 67 kasus, Plt Bupati HST menghimbau agar ditangani secara serius dan optimal.
"Saya berharap kepada semua pihak khususnya petugas kesehatan agar bekerja lebih optimal meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS," kata Chairansyah saat pertemuan sambung rasa Hari AIDS Sedunia, di Barabai, Senin.
Menurutnya, langkah-langkah yang dapat ditempuh yaitu melakukan pemetaan fasilitas layanan potensial dan mitra yang dapat berkonstribusi dalam penemuan kasus HIV/AIDS seperti rumah sakit, dokter praktek mandiri, laboratorium, IDI dan IDAI.
Menguatkan kolaborasi layanan dengan melakukan keterpaduan layanan dengan program lain, seperti TB-HIV dan MTBS serta menguatkan penemuan secara intensif dan aktif berbasis keluarga dan masyarakat.
Selanjutnya yaitu pemeriksaan kontak (investigasi kontak) penderita HIV yaitu dengan memeriksa kontak terutama ditujukan kepada mereka yang berisiko tinggi tertular seperti pengguna narkoba, Rutan/Lapas, warung remang-remang dan salon kecantikan.
Setiap pasien HIV/AIDS yang diobati harus dilakukan pemantauan kepatuhan minum obat dan pasien yang mangkir dilakukan pelacakan agar dapat melanjutkan pengobatannya.
Menguatkan komitmen untuk keberlangsungan kegiatan program HIV/AIDS yaitu dengan membuat regulasi tentang penanggulangan penyakit, meningkatkan pendanaan penanggulangan dan melakukan harmonisasi, sinkronisasi serta sinergitas kegiatan program agar terarah dan cost effective.
"Saya juga berharap, agar dilakukan beberapa strategi kegiatan, yaitu meningkatkan promosi kesehatandan advokasi, menumbuh kembangkan norma kemasyarakatan yang berdayaguna dan mandiri, serta mengembangkan sistem surveilans penanggulangan penyakit HIV/AIDS," kata Plt Bupati HST.
Kepala Dinas Kesehatan HST drg H Kusudiarto juga mengungkapkan, meningkatnya kasus HIV/AIDS dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan tentang HIV/AIDS dan cara pencegahannya yang masih rendah, industrialisasi yang berdampak pada maraknya prostitusi dan akses transportasi serta informasi yang semakin baik.
"Dari aspek kelembagaan juga masih sangat lemah, terbukti dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang terbentuk baru 5 (lima) Kabupaten/Kota dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalsel ini menunjukkan masih rendahnya peran pengambil kebijakan dan lintas sektor dalam penanggulangan HIV/AIDS," katanya.
Stigma dan diskriminasi oleh masyarakat umum juga oleh provider juga masih menjadi persoalan hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS.
Baca juga: Seorang anak autis ditemukan tewas tenggelam
Baca juga: Tiga calon ketua umum KONI HST lulus verifikasi
Baca juga: Pelajar Murakata Angkatan 1970-1982 sumbangkan ide-ide pembangunan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
"Saya berharap kepada semua pihak khususnya petugas kesehatan agar bekerja lebih optimal meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS," kata Chairansyah saat pertemuan sambung rasa Hari AIDS Sedunia, di Barabai, Senin.
Menurutnya, langkah-langkah yang dapat ditempuh yaitu melakukan pemetaan fasilitas layanan potensial dan mitra yang dapat berkonstribusi dalam penemuan kasus HIV/AIDS seperti rumah sakit, dokter praktek mandiri, laboratorium, IDI dan IDAI.
Menguatkan kolaborasi layanan dengan melakukan keterpaduan layanan dengan program lain, seperti TB-HIV dan MTBS serta menguatkan penemuan secara intensif dan aktif berbasis keluarga dan masyarakat.
Selanjutnya yaitu pemeriksaan kontak (investigasi kontak) penderita HIV yaitu dengan memeriksa kontak terutama ditujukan kepada mereka yang berisiko tinggi tertular seperti pengguna narkoba, Rutan/Lapas, warung remang-remang dan salon kecantikan.
Setiap pasien HIV/AIDS yang diobati harus dilakukan pemantauan kepatuhan minum obat dan pasien yang mangkir dilakukan pelacakan agar dapat melanjutkan pengobatannya.
Menguatkan komitmen untuk keberlangsungan kegiatan program HIV/AIDS yaitu dengan membuat regulasi tentang penanggulangan penyakit, meningkatkan pendanaan penanggulangan dan melakukan harmonisasi, sinkronisasi serta sinergitas kegiatan program agar terarah dan cost effective.
"Saya juga berharap, agar dilakukan beberapa strategi kegiatan, yaitu meningkatkan promosi kesehatandan advokasi, menumbuh kembangkan norma kemasyarakatan yang berdayaguna dan mandiri, serta mengembangkan sistem surveilans penanggulangan penyakit HIV/AIDS," kata Plt Bupati HST.
Kepala Dinas Kesehatan HST drg H Kusudiarto juga mengungkapkan, meningkatnya kasus HIV/AIDS dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan tentang HIV/AIDS dan cara pencegahannya yang masih rendah, industrialisasi yang berdampak pada maraknya prostitusi dan akses transportasi serta informasi yang semakin baik.
"Dari aspek kelembagaan juga masih sangat lemah, terbukti dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang terbentuk baru 5 (lima) Kabupaten/Kota dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalsel ini menunjukkan masih rendahnya peran pengambil kebijakan dan lintas sektor dalam penanggulangan HIV/AIDS," katanya.
Stigma dan diskriminasi oleh masyarakat umum juga oleh provider juga masih menjadi persoalan hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS.
Baca juga: Seorang anak autis ditemukan tewas tenggelam
Baca juga: Tiga calon ketua umum KONI HST lulus verifikasi
Baca juga: Pelajar Murakata Angkatan 1970-1982 sumbangkan ide-ide pembangunan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018