Tingginya tingkat kekeruhan air Sungai Tapin menjadi tantangan bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tapin PT Bastari Maju Tapin dalam menjaga kelancaran pasokan air bersih bagi pelanggan di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.

Direktur PDAM PT Bastari Maju Tapin Alimin Fauzi mengatakan, kondisi air Sungai Tapin sering berfluktuasi terutama saat hujan deras, perubahan itu berdampak langsung terhadap kestabilan kualitas air baku yang diolah menjadi air siap konsumsi.

 

“Kami perlu waktu sekitar dua jam untuk menyesuaikan proses pengolahan air ketika tingkat kekeruhan meningkat, terutama setelah hujan,” kata Alimin di Rantau, Kabupaten Tapin, Selasa.

Menurut Alimin, perusahaan masih mengandalkan sumber air baku dari Sungai Tapin yang diolah di instalasi pengolahan air (IPA) sebelum disalurkan ke pelanggan. 

Ia menambahkan, Saat kekeruhan meningkat sistem pompa disesuaikan untuk menjaga agar distribusi tetap berjalan.

“Kalau air sangat keruh, kami gunakan pompa kecil agar pasokan tetap mengalir meski debitnya berkurang. Begitu kondisi membaik, pompa besar kembali dioperasikan,” ujarnya.

Sebagai langkah jangka panjang, ucap Alimin, PT Bastari Maju Tapin berencana memanfaatkan Bendung Linuh sebagai sumber air baku baru pada 2026. 

Ia menyebutkan upaya ini dilakukan agar pelayanan air bersih tidak lagi sepenuhnya bergantung pada kondisi Sungai Tapin yang mudah berubah akibat cuaca.

“Kami menargetkan 2026 nanti bisa memaksimalkan pemanfaatan air dari Bendung Linuh. Dengan begitu, pelayanan air bersih di Tapin akan lebih stabil,” tambahnya.

Sementara untuk wilayah perkotaan, kata dia, pasokan air baku saat ini masih terbantu dari Sungai Kandang di Desa Sungai Rutas.

"PT Bastari Maju Tapin berharap kontinuitas layanan air bersih tetap terjaga, terutama saat musim hujan ketika tingkat kekeruhan Sungai Tapin mencapai angka tinggi dalam satuan NTU (Nephelometric Turbidity Unit)," ungkap Alimin.

Pewarta: Muhammad Rastaferian Pasya

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2025