Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA menyesalkan dan meminta Polri bertanggung jawab terhadap dugaan insiden kekerasan yang dilakukan tim pengamanan Kapolri terhadap pewarta foto ANTARA berinisial MZ saat liputan kunjungan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo di Stasiun Tawang, Semarang, Jawa Tengah.
"Insiden seperti ini kenapa harus terulang. Sangat disesalkan. Teman-teman pers sedang menjalankan tugas untuk membantu memberitakan kegiatan Kapolri. Saya sangat yakin tidak ada itikad lain, selain menunaikan tugas, dan semestinya itikad ini bisa dipahami dan dihormati. Sehingga tidak perlu ada tindakan kekerasan, atau ancaman verbal," kata Direktur Pemberitaan ANTARA Irfan Junaidi di Jakarta, Minggu.
Baca juga: ANTARA berangkatkan 140 pembaca setia mudik gratis ke Jawa Timur
Irfan juga mendesak Polri untuk bertanggung jawab dan memproses oknum yang terlibat dalam insiden tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku.
"ANTARA akan meminta Polri bertanggung jawab atas insiden tersebut. Oknum yang bersangkutan harus diproses sesuai prosedur secara transparan. Sekaligus, insiden ini juga harus menjadi bahan koreksi agar di masa mendatang tidak terulang," ujar Irfan.
Irfan menegaskan LKBN ANTARA terus berkomitmen untuk menjalankan tugas jurnalisme secara profesional dan objektif, dan ANTARA sebagai voice of nation, agar bisa melayani masyarakat dengan baik, serta maksimal.
"Karena itu, kami meminta kepada Polri juga pihak lain, bisa membantu terlaksananya tugas tersebut dalam kondisi apapun. Kami sangat yakin, apabila semua pihak bisa saling memahami dan menghormati tugas masing-masing dengan baik, masyarakat akan sangat terbantu," tuturnya.
Baca juga: ANTARA salurkan paket bingkisan Lebaran bagi warga di Pasar Baru
Dikonfirmasi terpisah, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko menyesalkan kekerasan terhadap pewarta foto ANTARA tersebut.
"Kami sangat menyesalkan jika memang insiden tersebut benar terjadi, dimana yang seharusnya bisa dihindari. Memang situasi di lapangan cukup ramai, namun seharusnya ada SOP yang mestinya bisa dijalankan tanpa melalui emosi seperti tindakan secara fisik maupun verbal," kata Trunoyudo saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.
Dia menegaskan Polri akan menyelidiki insiden tersebut, dan apabila ditemukan adanya pelanggaran, pihaknya tidak akan segan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan peraturan yg berlaku.
Lebih lanjut, Trunoyudo mengatakan saat ini pihaknya sedang mengonfirmasi soal kejadian tersebut kepada tim yang saat itu ada di lokasi.
Baca juga: ANTARA Kalsel salurkan sembako ke Panti Asuhan Al Muhajirin
"Pers merupakan mitra Polri yang harus saling bekerja sama. Kami berharap insiden ini tidak terulang dan kemitraan kami dengan pers akan terus kami jaga dan diperbaiki agar bisa lebih baik lagi dalam melayani masyarakat," ujar Truno.
Sementara itu pewarta foto ANTAR MZ yang menjadi korban dugaan insiden kekerasan tersebut buka suara soal insiden yang dialaminya saat meliput kegiatan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo di Stasiun Tawang, Semarang, Jawa Tengah pada Sabtu (5/4).
MZ menjelaskan Kapolri memulai kegiatan di Stasiun Tawang dengan menyempatkan diri berbincang dengan pemudik difabel dan lansia yang menggunakan kursi roda di peron Stasiun Tawang.
Setelah itu Kapolri dijadwalkan akan melakukan inspeksi ke dalam gerbong kereta dan tim pengaman Kapolri meminta agar media dan Humas Polri untuk membuka jalan, namun oknum tersebut malah terlibat cekcok dengan anggota Humas Polri.
Baca juga: ANTARA dan mitra berbagi berkah dengan tiga panti asuhan saat Ramadhan
Melihat kejadian itu, MZ pun bergerak menjauh dari posisi awalnya agar tidak terlibat cekcok tersebut.
"Nah, posisi saya di kiri. Saya tahu kalau beliau mau ke kiri kan, makanya saya pindah ke seberang. Nah, waktu sebelum saya pindah ke seberang, oknum ini ngomel-ngomel kalian kalau dari pers tak tempeleng satu-satu gitu," kata MZ saat dikonfirmasi dari Jakarta, Minggu.
Mendengar hal itu MZ pun kembali ke posisinya semula dan saat itulah oknum tersebut melakukan dugaan tindakan kekerasan terhadap MZ.
"Saya dibilang begitu kaget ya, terus saya kembali ke posisi saya. Nah, waktu posisi mau balik itu dia mengeplak kepala saya. Jadi dia mengeplak ya, kalau bahasanya sini itu ngeplak bagian kepala belakang. Nah, setelah itu saya kaget ya. Wah, kenapa mas? Saya bilang begitu lalu orangnya diam, kemudian dia lanjut marah-marah, kemudian lanjut kerja lagi," ujarnya.
Baca juga: Menteri BUMN pertimbangkan ANTARA, Peruri dan Damri jadi PT
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2025
"Insiden seperti ini kenapa harus terulang. Sangat disesalkan. Teman-teman pers sedang menjalankan tugas untuk membantu memberitakan kegiatan Kapolri. Saya sangat yakin tidak ada itikad lain, selain menunaikan tugas, dan semestinya itikad ini bisa dipahami dan dihormati. Sehingga tidak perlu ada tindakan kekerasan, atau ancaman verbal," kata Direktur Pemberitaan ANTARA Irfan Junaidi di Jakarta, Minggu.
Baca juga: ANTARA berangkatkan 140 pembaca setia mudik gratis ke Jawa Timur
Irfan juga mendesak Polri untuk bertanggung jawab dan memproses oknum yang terlibat dalam insiden tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku.
"ANTARA akan meminta Polri bertanggung jawab atas insiden tersebut. Oknum yang bersangkutan harus diproses sesuai prosedur secara transparan. Sekaligus, insiden ini juga harus menjadi bahan koreksi agar di masa mendatang tidak terulang," ujar Irfan.
Irfan menegaskan LKBN ANTARA terus berkomitmen untuk menjalankan tugas jurnalisme secara profesional dan objektif, dan ANTARA sebagai voice of nation, agar bisa melayani masyarakat dengan baik, serta maksimal.
"Karena itu, kami meminta kepada Polri juga pihak lain, bisa membantu terlaksananya tugas tersebut dalam kondisi apapun. Kami sangat yakin, apabila semua pihak bisa saling memahami dan menghormati tugas masing-masing dengan baik, masyarakat akan sangat terbantu," tuturnya.
Baca juga: ANTARA salurkan paket bingkisan Lebaran bagi warga di Pasar Baru
Dikonfirmasi terpisah, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko menyesalkan kekerasan terhadap pewarta foto ANTARA tersebut.
"Kami sangat menyesalkan jika memang insiden tersebut benar terjadi, dimana yang seharusnya bisa dihindari. Memang situasi di lapangan cukup ramai, namun seharusnya ada SOP yang mestinya bisa dijalankan tanpa melalui emosi seperti tindakan secara fisik maupun verbal," kata Trunoyudo saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.
Dia menegaskan Polri akan menyelidiki insiden tersebut, dan apabila ditemukan adanya pelanggaran, pihaknya tidak akan segan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan peraturan yg berlaku.
Lebih lanjut, Trunoyudo mengatakan saat ini pihaknya sedang mengonfirmasi soal kejadian tersebut kepada tim yang saat itu ada di lokasi.
Baca juga: ANTARA Kalsel salurkan sembako ke Panti Asuhan Al Muhajirin
"Pers merupakan mitra Polri yang harus saling bekerja sama. Kami berharap insiden ini tidak terulang dan kemitraan kami dengan pers akan terus kami jaga dan diperbaiki agar bisa lebih baik lagi dalam melayani masyarakat," ujar Truno.
Sementara itu pewarta foto ANTAR MZ yang menjadi korban dugaan insiden kekerasan tersebut buka suara soal insiden yang dialaminya saat meliput kegiatan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo di Stasiun Tawang, Semarang, Jawa Tengah pada Sabtu (5/4).
MZ menjelaskan Kapolri memulai kegiatan di Stasiun Tawang dengan menyempatkan diri berbincang dengan pemudik difabel dan lansia yang menggunakan kursi roda di peron Stasiun Tawang.
Setelah itu Kapolri dijadwalkan akan melakukan inspeksi ke dalam gerbong kereta dan tim pengaman Kapolri meminta agar media dan Humas Polri untuk membuka jalan, namun oknum tersebut malah terlibat cekcok dengan anggota Humas Polri.
Baca juga: ANTARA dan mitra berbagi berkah dengan tiga panti asuhan saat Ramadhan
Melihat kejadian itu, MZ pun bergerak menjauh dari posisi awalnya agar tidak terlibat cekcok tersebut.
"Nah, posisi saya di kiri. Saya tahu kalau beliau mau ke kiri kan, makanya saya pindah ke seberang. Nah, waktu sebelum saya pindah ke seberang, oknum ini ngomel-ngomel kalian kalau dari pers tak tempeleng satu-satu gitu," kata MZ saat dikonfirmasi dari Jakarta, Minggu.
Mendengar hal itu MZ pun kembali ke posisinya semula dan saat itulah oknum tersebut melakukan dugaan tindakan kekerasan terhadap MZ.
"Saya dibilang begitu kaget ya, terus saya kembali ke posisi saya. Nah, waktu posisi mau balik itu dia mengeplak kepala saya. Jadi dia mengeplak ya, kalau bahasanya sini itu ngeplak bagian kepala belakang. Nah, setelah itu saya kaget ya. Wah, kenapa mas? Saya bilang begitu lalu orangnya diam, kemudian dia lanjut marah-marah, kemudian lanjut kerja lagi," ujarnya.
Baca juga: Menteri BUMN pertimbangkan ANTARA, Peruri dan Damri jadi PT
Editor : Taufik Ridwan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2025