Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Lambung Mangkurat menggelar Kuliah Umum komunikasi perkelapasawitan yang  dihadiri 400 mahasiswa FISIP ULM dan berlangsung interaktif dan cair.


Wakil Dekan FISIP  Irwansyah M.Si ketika membukan kegiatan itu di Banjarmasin Selasa (7/3) mengatakan acara Kuliah Umum ini penting bagi mahasiswa karena akan menambah ilmu praktis, selain itu banyak perusahaan yang tidak bisa bertahan karena kegagalan komunikasi.

Juru Bicara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Tofan Mahdi dalam kuliah umumnya memaparkan pentingnya komunikasi di Perkebunan Kelapa Sawit dalam menghadapi tantangan eksternal Industri Kelapa Sawit.

"Banyak isu Industri Kelapa Sawit datang dari luar negeri agar Indonesia tidak lagi menjadi penghasil CPO terbesar di dunia. Sebab kelapa sawit hanya bisa tumbuh baik di Indonesia dan Malaysia," katanya.

Perang Industri Minyak Nabati menjadi faktor utama adanya isu-isu negatif yang menyerang Industri Kelapa Sawit Indonesia.

Tofan yang juga Ketua Kompartemen Komunikasi GAPKI memastikan bahwa anggota GAPKI yang terdiri dari 605 Perusahaan adalah perusahaan yang taat hukum. Hal itu menanggapi isu kebakaran lahan Perkebunan Kelapa Sawit.

Selain isu kebakaran, isu kesehatan juga dibahas tuntas dengan penelitian yang kredibel.

Selain untuk melawan isu-isu, acara ini juga bertujuan untuk memberikan edukasi kepada civitas akademika Univeraitas Lambung Mangkurat. Mahasiswa harus memiliki banyak pengetahuan tentang Perkebunan Kelapa Sawit karena mahasiswa adalah masa depan bangsa Indonesia.

Data menunjukkan bahwa sawit adalah sokoguru perekonomian Indonesia,dengan acara Kuliah umum ini diharapkan para lulusan FISIP ULM dapat menjadi Juru Bicara Perkebunan Kelapa Sawit pada masa yang akan datang, kata Tofan yang juga menjabat Head of Public Relation Astra Agro Lestari.

Menanggapi pertanyaan dari mahasiswi bernama Devi mengenai keberlangsungan industri sawit pasca moratorium, Tofan menjawab pentingnya riset untuk pengembangan industri sawit agar tetap eksis dan produktivitas bertambah juga dengan pengolahan produk hilir.

Minyak sawit merajai pasar minyak nabati dunia dimana pada tahun 2015 sawit produktivitasnya 41% sedangkan kedelai 31% disusul oleh rapseed dan bunga matahari 18 dan 10 % dan Indonesia adalah producer kelapa sawit terbesar yakni 33,07 juta disusul malaysia 20,59% dan 8,74% negara lainnya.

Menurut dia, desakan LSM asing dan black campaign industri sawit dengan menyampaikan berbagai tuduhan dan prasangka terkait industri sawit bagi kesehatan dan lingkungan termasuk kebakaran lahan semata karena saingan dagang minyak nabati.

"Ironis ada UU 32 tahun 2009 Tentang Lingkungan Hidup yang membolehkan masyarakat untuk membakar lahan disaat kita sedang berbenah mengatasi masalah kebakaran dan tegas tidak ada kegiatan perusahaan yang tergabung dalam GAPKI melanggar hukum karena ketatnya aturan misal dalam pelanggaran terhadap orang utan maka GAPKI mendorong untuk menindak oknum tersebut," katanya.

Menurut dia, banyak LSM asing yang menyerang sawit, menghadapi isu tersebut harus diperkuat dengan komunikasi secara perlahan namun konsisten untuk mengubah pola pikir dari LSM yang sudah terlanjur mengakar, sikap industri sawit melawan LSM adalaH tidak diam atau melakukan kampanye sebaliknya (positif) secara agresif mengenai industri itu.

Ketua GAPKI Kalsel Totok Dewanto mengatakan, tanah yang ditanami sawit tidak mengalami penurunan kualitas. Tanaman sawit sendiri memiliki masa subur 25 tahun lalu kemudian akan dilakukan replanting di area yang sama. Kualitas tanah yg tidak berubah memungkinkan lahan ditanami tanaman lainnya pasca perkebunan sawit.

Sementara itu, Wakil Dekan FISIF ULM Irwansyah M.Si menyatakan, peran PR dalam memediasi antara perusahaan dan masyarakat memegang pernan peting sehingga masalah sosial dalam industri sawit yang kini menjadi sorotan bisa diselesaikan karena itu semua berawal dari masalah komunikasi.

Pewarta: Abdul Hakim Muhiddin

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017