Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mengirim sebanyak 26 kilogram benih Akasia (Acacia mangium) melalui tempat pengeluaran Bandara Syamsudin Noor Kota Banjarbaru menuju Kota Bogor, Jawa Barat, guna mendukung program penghijauan atau revolusi hijau.
“Benih bibit Akasia dibudidayakan untuk mendukung program revolusi hijau di Kota Bogor,” kata Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kalsel Sudirman di Banjarmasin, Senin.
Baca juga: Kalsel ekspor ikan unggulan ke Thailand dan Tiongkok
Ia menyebutkan sebelum benih Akasia diberangkatkan, pihaknya memeriksa kelengkapan dokumen, kesesuaian jumlah dan jenis komoditas, serta sejumlah pemeriksaan fisik.
“Bibit tanaman berisiko tinggi membawa hama dan penyakit tanaman, sehingga perlu melakukan rangkaian pemeriksaan,” ujarnya.
Sudirman menjelaskan rangkaian pemeriksaan fisik dilakukan untuk memastikan komoditas terbebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) berupa cendawan (Uromycladium tepperianum).
Baca juga: Karantina Kalsel perkuat layanan ekspor di Bandara Syamsudin Noor
Oleh karena itu, kata dia, rangkaian pemeriksaan fisik terhadap komoditas yang akan dilalulintaskan ke luar daerah sangatlah penting guna mencegah keluar dan tersebarnya OPTK saat sampai di daerah tujuan.
Sebagai informasi, Akasia merupakan jenis tanaman atau pohon yang paling banyak dijumpai di wilayah Timur di Indonesia, dan berasal dari daratan Afrika dan Australia yang mulai populer di Indonesia sejak tahun 1970.
“Karantina Kalsel selalu hadir memberikan pelayanan sebelum komoditas dilalulintaskan baik lintas domestik maupun mancanegara,” ujar Sudirman.
Baca juga: Balai Karantina Kalsel ekspor 100,8 ton karet lempengan ke China
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024
“Benih bibit Akasia dibudidayakan untuk mendukung program revolusi hijau di Kota Bogor,” kata Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kalsel Sudirman di Banjarmasin, Senin.
Baca juga: Kalsel ekspor ikan unggulan ke Thailand dan Tiongkok
Ia menyebutkan sebelum benih Akasia diberangkatkan, pihaknya memeriksa kelengkapan dokumen, kesesuaian jumlah dan jenis komoditas, serta sejumlah pemeriksaan fisik.
“Bibit tanaman berisiko tinggi membawa hama dan penyakit tanaman, sehingga perlu melakukan rangkaian pemeriksaan,” ujarnya.
Sudirman menjelaskan rangkaian pemeriksaan fisik dilakukan untuk memastikan komoditas terbebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) berupa cendawan (Uromycladium tepperianum).
Baca juga: Karantina Kalsel perkuat layanan ekspor di Bandara Syamsudin Noor
Oleh karena itu, kata dia, rangkaian pemeriksaan fisik terhadap komoditas yang akan dilalulintaskan ke luar daerah sangatlah penting guna mencegah keluar dan tersebarnya OPTK saat sampai di daerah tujuan.
Sebagai informasi, Akasia merupakan jenis tanaman atau pohon yang paling banyak dijumpai di wilayah Timur di Indonesia, dan berasal dari daratan Afrika dan Australia yang mulai populer di Indonesia sejak tahun 1970.
“Karantina Kalsel selalu hadir memberikan pelayanan sebelum komoditas dilalulintaskan baik lintas domestik maupun mancanegara,” ujar Sudirman.
Baca juga: Balai Karantina Kalsel ekspor 100,8 ton karet lempengan ke China
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024