Masyarakat Desa Buni'in Jaya, Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan melirik tanaman kopi untuk mengganti karet yang kini mulai tak produktif.
Kepala Desa Buni'in Jaya Saberan mengatakan lahan perkebunan di desa itu 80 persen ditanam karet, sebagian kini sudah tak produktif lagi.
"Minat masyarakat ke kopi besar, karena karet sudah tak produktif lagi," ujarnya di Desa Buni'in Jaya, Tapin, Jum'at.
Baca juga: Petani kopi serap untung dari Expo HUT ke-57 Tapin
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
Kepala Desa Buni'in Jaya Saberan mengatakan lahan perkebunan di desa itu 80 persen ditanam karet, sebagian kini sudah tak produktif lagi.
"Minat masyarakat ke kopi besar, karena karet sudah tak produktif lagi," ujarnya di Desa Buni'in Jaya, Tapin, Jum'at.
Baca juga: Petani kopi serap untung dari Expo HUT ke-57 Tapin
Baca juga: Mejeng di Java Coffe Culture, kopi asal Tapin dinilai berkualitas
Saberan mengatakan ada 140 KK di Desa Buni'in Jaya ini, masing-masing mempunyai sekitar dua hektar kebun karet.
"Pohon karet di sini sudah tua (umur lebih 30 tahun) dan harganya murah, sejak awal tahun lalu bertahan di harga Rp7,5 ribu," ujarnya.
Desa yang ada di wilayah perbukitan ini, rencananya akan dijadikan sentra kopi di Kabupaten Tapin.
Sebagai percobaan, kata Saberan, saat ini sudah disiapkan lahan satu hektar lebih di lahan desa. Sebagian petani, uga sudah ada yang menyiapkan lahan.
Sentralisasi kopi ini, rencananya akan diakomodir oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Buni'in Jaya.
Baca juga: Kopi dan transmigrasi 1973 di Tapin Kalimantan Selatan
Bendahara Bumdes Karya Batu Pati Desa Buni'in Jaya Fani mengatakan keterangan petani untuk berkebun kopi itu berawal dari studi tiru di Desa Aranio, Riam Kanan, Kabupaten Banjar.
"Konsepnya nanti Bumdes yang beli. Ya, dari desa untuk desa," ujarnya.
Mendorong rencana ini, Pena Hijau Indonesia menyalurkan 170 bibit kopi jenis leberika dari Biji Kopi kepada petani di Desa Buni'in Jaya.
Baca juga: Negara Afrika-Eropa gandrungi kopi "Borneo" Kalsel
Selain itu, ada juga tanaman produktif lainnya jenis buah-buahan sebanyak 300 bibit pohon dari KPH Hulu Sungai Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan.
"Kopi ini adalah komiditas yang bagus untuk petani, untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat desa ya salah satunya dengan kopi," ujar Ketua Pena Hijau Indonesia Denny S. Ainan.
Kopi Kalsel ini diminati pasar nasional hingg internasional, maka, wacana desa dan melihat potensi pasar itu harus didorong oleh semua pihak.
"Dengan peluang pasar yang besar itu, harus didorong semua pihak, terutama pemerintah. Sektor, swasta juga, karena Desa Buni'in Jaya ini ada di sekitar tambang," ujarnya.
Baca juga: Serikat Petani Indonesia tanam kopi arabika di pegunungan meratus
Aksi hari ini di Kabupaten Tapin, kata Denny, adalah rangkaian program "Ekspedisi Meratus 2023", selanjutnya akan menyasar wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan kegiatan yang sama.
Denny mengucapkan terima kasih kepada pemerintah setempat baik pemerintah desa, pemerintah kabupaten khususnya Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), serta PT Harapan Warga Mandiri, karena telah membantu program tahunan Pena Hijau Indonesia.
Baca juga: SPI Kalsel akan tanam 6.000 bibit kopi di Loksado
Saberan mengatakan ada 140 KK di Desa Buni'in Jaya ini, masing-masing mempunyai sekitar dua hektar kebun karet.
"Pohon karet di sini sudah tua (umur lebih 30 tahun) dan harganya murah, sejak awal tahun lalu bertahan di harga Rp7,5 ribu," ujarnya.
Desa yang ada di wilayah perbukitan ini, rencananya akan dijadikan sentra kopi di Kabupaten Tapin.
Sebagai percobaan, kata Saberan, saat ini sudah disiapkan lahan satu hektar lebih di lahan desa. Sebagian petani, uga sudah ada yang menyiapkan lahan.
Sentralisasi kopi ini, rencananya akan diakomodir oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Buni'in Jaya.
Baca juga: Kopi dan transmigrasi 1973 di Tapin Kalimantan Selatan
Bendahara Bumdes Karya Batu Pati Desa Buni'in Jaya Fani mengatakan keterangan petani untuk berkebun kopi itu berawal dari studi tiru di Desa Aranio, Riam Kanan, Kabupaten Banjar.
"Konsepnya nanti Bumdes yang beli. Ya, dari desa untuk desa," ujarnya.
Mendorong rencana ini, Pena Hijau Indonesia menyalurkan 170 bibit kopi jenis leberika dari Biji Kopi kepada petani di Desa Buni'in Jaya.
Baca juga: Negara Afrika-Eropa gandrungi kopi "Borneo" Kalsel
Selain itu, ada juga tanaman produktif lainnya jenis buah-buahan sebanyak 300 bibit pohon dari KPH Hulu Sungai Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan.
"Kopi ini adalah komiditas yang bagus untuk petani, untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat desa ya salah satunya dengan kopi," ujar Ketua Pena Hijau Indonesia Denny S. Ainan.
Kopi Kalsel ini diminati pasar nasional hingg internasional, maka, wacana desa dan melihat potensi pasar itu harus didorong oleh semua pihak.
"Dengan peluang pasar yang besar itu, harus didorong semua pihak, terutama pemerintah. Sektor, swasta juga, karena Desa Buni'in Jaya ini ada di sekitar tambang," ujarnya.
Baca juga: Serikat Petani Indonesia tanam kopi arabika di pegunungan meratus
Aksi hari ini di Kabupaten Tapin, kata Denny, adalah rangkaian program "Ekspedisi Meratus 2023", selanjutnya akan menyasar wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan kegiatan yang sama.
Denny mengucapkan terima kasih kepada pemerintah setempat baik pemerintah desa, pemerintah kabupaten khususnya Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), serta PT Harapan Warga Mandiri, karena telah membantu program tahunan Pena Hijau Indonesia.
Baca juga: SPI Kalsel akan tanam 6.000 bibit kopi di Loksado
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023