Ustadz H Aspani Anshari mengungkapkan mengenai  kedahsyatan makna ibada qurban, sebuah kewajiban bagi kaum Muslim yang Allah sunnahkan pada Idul Adha.

"Kedahsyatan ibadah qurban antara lain darah hewan qurban tersebut sebelum jatuh ke tanah Allah sudah menerima amal itu," ujar Ustadz Aspani dalam tausiyahnya di Masjid Al Falah Komplek Bumi Pemurus Permai Banjarmasin Selatan, usai Shalat Subuh Arba (Rabu).

Dalam tausiyahnya terkait ibadah qurban tersebut, ustadz keluaran Universitas Al Azhar Kairo Mesir itu mengutip Hadits Rasulullah Muhammad Saw "matafakun alaih" atau kesahihan (keabsahannta) tidak meragukan.

Oleh karenanya, ustadz Aspani mengingatkan, agar dalam pelaksanaan ibadah qurban semua yang bisa buat konsumsi dari hewan sembelihan itu harus terbagi.

"Jangan ada misalnya, kepala, kulit dan usus buat upah penyembelihan. Hal itu berarti mengurangi keutuhan ibadah qurban tersebut," lanjut ustadz Aspani yang juga pendiri salah satu pesantren di Kelurahan Pemurus Permai - pinggiran Kota Banjarmasin.

Pasalnya, hewan qurban itu pada hari akhirat akan mendatangi orang yang melaksanakan ibadah qurban apa adanya,, ujar Ustadz Aspani sembari menambahkan, bsguskah kalau hewa sembelihan tersebut tanpa kulit.

Oleh sebab itu pula, panitia pelaksana mengenakan biaya operasional kepada mereka yang melakukan ibadah qurban dan sebagai konsekuensi perhitungan pada masing-masing tempat berbeda yang harus menjadi maklum, lanjut ustadz.

Dengan mengutip Hadits Rasulullah Saw riwayat Ibnu Majah, ustadz Aspani menerangkan, bahwa ibadah qurban wajib bagi yang berkemampuan.

"Namun kewajiban itu tidak mesti buat semua orang Muslim, tapi bisa saja salah satu anggota keluarga dalam satu rumah menjadi ibadah qurban keluarga tersebut," tuturnya.
Ustadz H Aspani Anshari saat tausiyah di Masjid Al Falah Komplek Bumi Pemurus Permai Banjarmasin Selatan, usai Shalat Subuh Arba/Rabu (28/6/23) (ANTARA/Syamsuddin Hasan)

Pada kesempatan itu, ustadz yang menyandang gelar "Licentiate" (Lc) = setingkat sarjana tersebut sekilas menyinggung perbedaan Idul Adha di Indonesia.

Menurut dia, perbedaan itu sudah ada sejak lama dan memang Allah yang menciptakan seperti halnya belan bumi yang membuat waktu berbeda, karenanya tidak perlu terlalu mempersoalkan.

"Sebab perbedaan itu masing-masing mempunyai pegangan dasar hukum yang kuat. Yang terpenting 'jangan bacakut' (jangan berkelahi) membuat persatuan dan kesatuan jadi rusak," demikian ustadz Aspani.
 

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023