Kepala Dinas Pertanian (Distan) Hulu Sungai Selatan (HSS), Muhammad Noor, menyampaikan untuk menindaklanjuti persoalan kendala lahan pertanian di Desa Wawaran, Kecamatan Angkinang, karena luapan air sungai dengan kondisi yang ada membutuhkan pembersihan dengan alat berat.
Ia mengatakan, penanganannya yang dilakukan pun harus terpadu dari dari hulu sungai ke hilir, mencarikan solusi agar langkah yang dilakukan tidak membuat masalah baru.
Baca juga: Lahan pertanian di Wawaran terkendala luapan air sungai dan tumpukan sampah
"Pembersihan tumpukan sampah dilakukan nantinya harus diangkut ke tempat lain, karena kalau cuma membuka akses aliran air bisa akibatkan keluhan kembali warga di hilir sungai, yakni di Desa Sungai Kupang yang bisa juga aliran sungainya terhambat nantinya," katanya, Rabu (8/6).
Dijelaskan dia, memang dalam dua tahun terakhir lahan pertanian di daerah rawa seperti di Wawaran tidak bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam, karena curah hujan yang tinggi, cuaca cenderung lebih banyak basah ketimbang keringnya.
Curah hujan yang tinggi mengakibatkan air meluap ke lahan-lahan pertanian di sekitarnya, disamping masih adanya kebiasaan masyarakat yang membuang sampah di sungai sehingga mengakibatkan penumpukan.
Baca juga: Hewan kurban HSS diproyeksi aman dan cukup dengan jumlah 542 ekor
Masyarakat pun sebenarnya telah berupaya secara gotong royong dengan manual untuk membersihkan sungai, namun mengingat intensitas sampah yang makin meningkat maka diperlukan penanganan yang lebih intensif lagi.
"Selain sampah dan pendangkalan sungai yang terjadi, luapan air juga terjadi karena beberapa waktu dibuka tabat di hulu sungai yang kemudian mengalir ke Wawaran," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
Ia mengatakan, penanganannya yang dilakukan pun harus terpadu dari dari hulu sungai ke hilir, mencarikan solusi agar langkah yang dilakukan tidak membuat masalah baru.
Baca juga: Lahan pertanian di Wawaran terkendala luapan air sungai dan tumpukan sampah
"Pembersihan tumpukan sampah dilakukan nantinya harus diangkut ke tempat lain, karena kalau cuma membuka akses aliran air bisa akibatkan keluhan kembali warga di hilir sungai, yakni di Desa Sungai Kupang yang bisa juga aliran sungainya terhambat nantinya," katanya, Rabu (8/6).
Dijelaskan dia, memang dalam dua tahun terakhir lahan pertanian di daerah rawa seperti di Wawaran tidak bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam, karena curah hujan yang tinggi, cuaca cenderung lebih banyak basah ketimbang keringnya.
Curah hujan yang tinggi mengakibatkan air meluap ke lahan-lahan pertanian di sekitarnya, disamping masih adanya kebiasaan masyarakat yang membuang sampah di sungai sehingga mengakibatkan penumpukan.
Baca juga: Hewan kurban HSS diproyeksi aman dan cukup dengan jumlah 542 ekor
Masyarakat pun sebenarnya telah berupaya secara gotong royong dengan manual untuk membersihkan sungai, namun mengingat intensitas sampah yang makin meningkat maka diperlukan penanganan yang lebih intensif lagi.
"Selain sampah dan pendangkalan sungai yang terjadi, luapan air juga terjadi karena beberapa waktu dibuka tabat di hulu sungai yang kemudian mengalir ke Wawaran," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022