Pegunungan meratus di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel sangat dikenal dengan hutan hujan tropisnya yang dihiasi dengan gunung-gunung menjulang tinggi. Namun, pesona keindahan tidak hanya itu saja, banyak juga hewan dan tumbuhan unik bahkan air terjun (warga sekitar menyebutnya rampah) yang menghiasi belantara.
Salah satunya adalah rampah Lingkaran Sawa yang terletak di Batu Kambar Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten HST.
Tak banyak yang mengetahui air terjun satu ini, sehingga untuk berkunjung kesana pastinya kita mempunyai kesan tersendiri karena disuguhkan dengan suasana alam yang sangat alami.
Perjalanan untuk menuju air terjun itu diperlukan waktu kurang lebih tiga sampai empat jam dengan berjalan kaki dari pemukiman warga di Hinas Kiri, karena akses tidak bisa dilewati motor atau mobil.
Sedangkan, dari Kota Barabai, Kabupaten HST menuju Desa Hinas Kiri bisa menggunakan mobil atau motor sekitar 50 kilo meter (km) atau kurang lebih 1,5 jam perjalanan.
Namun disarankan, ketika ingin kesana mengajak atau menggunakan jasa porter pemuda-pemuda warga sekitar sebagai pendampingan menuju lokasi, agar tidak tersasar dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Walaupun sebenarnya, tidak perlu khawatir tersesat, karena di setiap persimpangan jalan setapak sudah ada plang petunjuk arahnya yang sudah dibuat oleh warga bersama para mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin, yang saat itu melaksanakan pengabdian masyarakat.
Warga Dayak Meratus disana juga sangat ramah dan sangat terbuka kepada para wisatawan yang ingin berkunjung dan senantiasa membantu siapa saja.
Jadi, kalau kesana diharapkan senantiasa berkomunikasi dulu dengan warga sekitar atau setidaknya meminta izin untuk berwisata.
Setelah parkir kendaraan di rumah warga sekitar, pertama-tama kita akan melewati jalan paping sekitar 30 menit perjalanan. Setelah itu, menyisir lereng-lereng pegunungan dan masuk ke hutan nan rimbun penuh dengan berbagai macam keanekaragaman hayati di dalamnya.
Rasa penat tak akan terasa, karena udara disana begitu sejuk dan nyaman. Setelah berjalan kaki sekitar 2,5 Jam melewati hutan, wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan sungai yang mengalir jernih, yang bisa dinikmati sambil istirahat sebentar.
Walaupun baru setengah jalan, semua rasa lelah di perjalanan dipastikan akan terbayar tuntas dengan gemercik air sungai pegunungan yang begitu damai dan jernih, suara-suara burung yang merdu dan terpaan angin sehingga sejenak dapat melupakan masalah kita.
Setelah menemui sungai, kita masih perlu mendaki lagi menyusuri pegunungan sekitar 30 menit perjalanan.
Berikutnya, pada ketinggian 525 MDPL, di sanalah kita sampai dan dapat melihat serta menikmati pemandangan salah satu keindahan alam Meratus di Kabupaten HST.
Tidak berlebihan menyebutkan, ketika kita sampai ke air Terjun Rampah Lingkaran Sawa dan melihat bebatuan besar di sekitar serta pepohonan besar menjulang tinggi dapat menenangkan jiwa.
Ketinggian air terjun kurang lebih 50 meter. Di samping kita bisa mandi-mandi, foto dengan latar belakang air terjun empat tingkat itu juga menjadi panorama yang begitu indah.
Salah seorang Mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin yang juga merupakan Angggota Bidang Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Antasari Mengabdi DEMA UIN Antasari Fahriannor saat turut mendaki pada Selasa (1/2) menjelaskan perihal kenapa air terjun tersebut dinamakan Rampah Lingkaran Sawa.
Ia menerangkan, menurut warga sekitar, kata rampah itu berarti air terjun dan karena lekukan sungai yang membentuk air terjun tersebut seperti lekukan Sawa (sejenis ular Pyton) maka dinamakan lah wisata itu Rampah Lingkaran Sawa.
Pihaknya bersama warga juga telah memasang plang dan papan nama di lokasi wisata untuk memudahkan siapa saja yang ingin berkunjung.
"Berwisata kesana setidaknya dapat sejenak melupakan masalah, seperti punya utang atau baru diputus pacar," canda nya bersama para mahasiswa lain.
Berwisata ke Rampah Lingkaran Sawa memang lebih ramai bersama teman-teman atau keluarga yang sudah dewasa lima sampai 10 orang, namun tidak disarankan membawa anak-anak di bawah umur tujuh Tahun, karena ditakutkan kelelahan saat perjalanan.
Sebaiknya juga membawa peralatan hiking, karena lamanya perjalanan, maka diperlukan bekal makanan dan dapat melakukan kegiatan sambil masak dan makan bareng di lokasi.
Sebaiknya, kalau ingin kesana juga disarankan berangkat pagi dan ketika tengah hari sudah sampai di lokasi. Setelah sampai di air terjun juga jangan lama-lama, dua jam saja sudah cukup untuk kita mandi-mandi, makan bareng dan menikmati pemandangan.
Setelah itu sekitar pukul 15.00 WITA, kita sebaiknya sudah pulang dan turun agar tidak kemalaman sampai ke pemukiman warga.
Sebenarnya, masih banyak lagi potensi wisata air terjun yang masih belum terbuka di wilayah meratus, namun Rampah Lingkaran Sawa bisa menjadi salah satu alternatif tempat liburan bersama teman-teman atau relasi yang mau mengeksplorasi keindahan alam.
Karena pegunungan Meratus dikenal sebagai hutan hujan tropis, tentu banyak kehidupan tumbuhan dan hewan-hewan. Maka dari itu untuk pengunjung agar waspada dan saling menjaga alam kita.
Diketahui, wisata tersebut mulai dikembangkan dan dikenalkan oleh para mahasiawa dari Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Antasari Banjarmasin yang melaksanakan pengabdian masyarakat bertajuk Antasari Mengabdi di Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Antasari Mengabdi tersebut dilaksanakan selama sepuluh hari dari tanggal 20-30 Januari 2022, yang mana salah satu programnya adalah mengeksplorasi dan memperkenalkan objek wisata baru khususnya potensi yang ada di Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten HST.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
Salah satunya adalah rampah Lingkaran Sawa yang terletak di Batu Kambar Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten HST.
Tak banyak yang mengetahui air terjun satu ini, sehingga untuk berkunjung kesana pastinya kita mempunyai kesan tersendiri karena disuguhkan dengan suasana alam yang sangat alami.
Perjalanan untuk menuju air terjun itu diperlukan waktu kurang lebih tiga sampai empat jam dengan berjalan kaki dari pemukiman warga di Hinas Kiri, karena akses tidak bisa dilewati motor atau mobil.
Sedangkan, dari Kota Barabai, Kabupaten HST menuju Desa Hinas Kiri bisa menggunakan mobil atau motor sekitar 50 kilo meter (km) atau kurang lebih 1,5 jam perjalanan.
Namun disarankan, ketika ingin kesana mengajak atau menggunakan jasa porter pemuda-pemuda warga sekitar sebagai pendampingan menuju lokasi, agar tidak tersasar dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Walaupun sebenarnya, tidak perlu khawatir tersesat, karena di setiap persimpangan jalan setapak sudah ada plang petunjuk arahnya yang sudah dibuat oleh warga bersama para mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin, yang saat itu melaksanakan pengabdian masyarakat.
Warga Dayak Meratus disana juga sangat ramah dan sangat terbuka kepada para wisatawan yang ingin berkunjung dan senantiasa membantu siapa saja.
Jadi, kalau kesana diharapkan senantiasa berkomunikasi dulu dengan warga sekitar atau setidaknya meminta izin untuk berwisata.
Setelah parkir kendaraan di rumah warga sekitar, pertama-tama kita akan melewati jalan paping sekitar 30 menit perjalanan. Setelah itu, menyisir lereng-lereng pegunungan dan masuk ke hutan nan rimbun penuh dengan berbagai macam keanekaragaman hayati di dalamnya.
Rasa penat tak akan terasa, karena udara disana begitu sejuk dan nyaman. Setelah berjalan kaki sekitar 2,5 Jam melewati hutan, wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan sungai yang mengalir jernih, yang bisa dinikmati sambil istirahat sebentar.
Walaupun baru setengah jalan, semua rasa lelah di perjalanan dipastikan akan terbayar tuntas dengan gemercik air sungai pegunungan yang begitu damai dan jernih, suara-suara burung yang merdu dan terpaan angin sehingga sejenak dapat melupakan masalah kita.
Setelah menemui sungai, kita masih perlu mendaki lagi menyusuri pegunungan sekitar 30 menit perjalanan.
Berikutnya, pada ketinggian 525 MDPL, di sanalah kita sampai dan dapat melihat serta menikmati pemandangan salah satu keindahan alam Meratus di Kabupaten HST.
Tidak berlebihan menyebutkan, ketika kita sampai ke air Terjun Rampah Lingkaran Sawa dan melihat bebatuan besar di sekitar serta pepohonan besar menjulang tinggi dapat menenangkan jiwa.
Ketinggian air terjun kurang lebih 50 meter. Di samping kita bisa mandi-mandi, foto dengan latar belakang air terjun empat tingkat itu juga menjadi panorama yang begitu indah.
Salah seorang Mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin yang juga merupakan Angggota Bidang Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Antasari Mengabdi DEMA UIN Antasari Fahriannor saat turut mendaki pada Selasa (1/2) menjelaskan perihal kenapa air terjun tersebut dinamakan Rampah Lingkaran Sawa.
Ia menerangkan, menurut warga sekitar, kata rampah itu berarti air terjun dan karena lekukan sungai yang membentuk air terjun tersebut seperti lekukan Sawa (sejenis ular Pyton) maka dinamakan lah wisata itu Rampah Lingkaran Sawa.
Pihaknya bersama warga juga telah memasang plang dan papan nama di lokasi wisata untuk memudahkan siapa saja yang ingin berkunjung.
"Berwisata kesana setidaknya dapat sejenak melupakan masalah, seperti punya utang atau baru diputus pacar," canda nya bersama para mahasiswa lain.
Berwisata ke Rampah Lingkaran Sawa memang lebih ramai bersama teman-teman atau keluarga yang sudah dewasa lima sampai 10 orang, namun tidak disarankan membawa anak-anak di bawah umur tujuh Tahun, karena ditakutkan kelelahan saat perjalanan.
Sebaiknya juga membawa peralatan hiking, karena lamanya perjalanan, maka diperlukan bekal makanan dan dapat melakukan kegiatan sambil masak dan makan bareng di lokasi.
Sebaiknya, kalau ingin kesana juga disarankan berangkat pagi dan ketika tengah hari sudah sampai di lokasi. Setelah sampai di air terjun juga jangan lama-lama, dua jam saja sudah cukup untuk kita mandi-mandi, makan bareng dan menikmati pemandangan.
Setelah itu sekitar pukul 15.00 WITA, kita sebaiknya sudah pulang dan turun agar tidak kemalaman sampai ke pemukiman warga.
Sebenarnya, masih banyak lagi potensi wisata air terjun yang masih belum terbuka di wilayah meratus, namun Rampah Lingkaran Sawa bisa menjadi salah satu alternatif tempat liburan bersama teman-teman atau relasi yang mau mengeksplorasi keindahan alam.
Karena pegunungan Meratus dikenal sebagai hutan hujan tropis, tentu banyak kehidupan tumbuhan dan hewan-hewan. Maka dari itu untuk pengunjung agar waspada dan saling menjaga alam kita.
Diketahui, wisata tersebut mulai dikembangkan dan dikenalkan oleh para mahasiawa dari Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Antasari Banjarmasin yang melaksanakan pengabdian masyarakat bertajuk Antasari Mengabdi di Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Antasari Mengabdi tersebut dilaksanakan selama sepuluh hari dari tanggal 20-30 Januari 2022, yang mana salah satu programnya adalah mengeksplorasi dan memperkenalkan objek wisata baru khususnya potensi yang ada di Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten HST.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022