Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Hj Dewi Damayanti Said mengapresiasi atas program pasien COVID-19 yang isolasi mandiri atau "Isoman" mendapatkan obat gratis, baik orang tanpa gejala (OTG) maupun bergejala ringan.

"Pasalnya pasien COVID-19 yang Isoman juga sangat membutuhkan konsultasi, ketenangan, perhatian dan menerima pengobatan yang benar," ujarnya melalui WA,  malam Senin (12/7) menjawab Antara Kalsel.

Hal  itu, pemerintahan lakukan melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia memberikan rekomendasi layanan "telemedicine" (jarak jauh melalui dalam jaringan atau Daring) terhadap Isoman OTG dan bergejala ringan.

“Sebab kalau sekarang harus datang ke rumah sakit (RS) konsul dengan dokter akan susah dan menambah risiko," ujar wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel I/Kota Banjarmasin itu.

"Tapi kalau bekerjasama dengan 11 telemedicine untuk jasa konsultasi dengan dokter dan pengiriman obat secara gratis. Ditanggung teman-teman telemedicine, startup, dan Kemenkes akan memudahkan masyarakat," lanjut "Srikandi" Partai Golkar tersebut.

Sebagaimana program Kemenkes sudah ada kerja sama 11 platform telemedicine antara lain: KlikDokter, KlinikGo, Link Sehat, Milvik Dokter, ProSehat, SehatQ, dan YesDok. Konsultasi gratis, obat-obatan pun sama dari Kemenkes.

"Semuanya dilakukan berbasis digital. Ini contoh paket yang akan dikirimkan secara gratis yang benar-benar tanpa gejala. Daftar obat untuk kasus isoman bergejala ringan Multivitamin: C, B, E, dan Zinc," lanjut "Srikandi" Partai Golkar tersebut.

"Paket tersebut juga diintegrasikan dengan lab-lab PCR. Jadi kalau teman-teman ingin melakukan uji PCR juga bisa dilakukan from telemedicine it, kalau hasilnya positif langsung diteruskan," tambahnya.

Oleh karena itu dia mendukung program pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk memastikan bahwa semua kasus COVID-19 yang Isoman kini bakal dapat obat gratis, baik OTG maupun kasus bergejala ringan.

Wakil rakyat dari kaum "hawa" atau perempuan kelahiran Tahun 1972 tersebut berharap, di provinsinya yang terdiri atas 13 kabupaten/kota pun bisa segera merasakan program pemerintah pusat itu secepatnya.

"Kita menginginkan di Banjar Kalsel bisa diupayakan untuk itu oleh pemerintah provinsi (Pemprov) setempat," harapnya.

"Walau Kalsel tidak termasuk zona merah, namun dari pengamatan kita pada beberapa wilayah terutama Kota Banjarmasin, masih banyak yang kurang kesadaran mengurangi kerumunan (masih banyak nongkrong di warung dan cafe)," ujarnya.

Sementara yang sakit dan isoman sangat sulit mendapatkan obat yang tepat, bahkan komunikasi dengan dokter pun tidak tahu harus kemana.

'Apalgi diprediksi bahwa varian baru akan menyebar kemana-mana, dan tidak mustahil  termasuk Kalsel. Untuk itu Pemprov Kalsel dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan masyarakat harus sudah mempersiapkan diri  dalam penanggulangan," lanjutnya.

'Mudahan di Kalsel yang kini berpenduduk lebih empat juta jiwa dapat mengantisipasi dan mempersiapkan diri antara lain dengan memanfaatkan layanan melalui telemedicine sehingga tidak sampai seperti di DKI Jakarta saat ini," demikian Dewi Damayanti Said.



 

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021