DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam  Komisi IV Bidang Kesra yang juga membidangi kebudayaan mengapresiasi keberadaan "rumah adat Banjar" di Malaysia.

Ketua Komisi IV DPRD Kalsel HM Lutfi Saifuddin SSos menyatakan apresiasi tersebut melalui WA-nya Jumat (23/4) malam sehubungan informasi masih ada dan tetap terjaga dengan baik keberadaan rumah Banjar di Negeri Jiran Malaysia.

"Kita di Banua patut iri dan berterima kasih dengan perlindungan cagar budaya asli Banua (Banua = sebutan kata ganti daerah bagi warga masyarakat Banjar) oleh warga Banjar perantauan/keturunan Banjar di Malaysia dan atas dukungan pemerintah negara tersebut," ujarnya.

"Karena bagaimanapun hingga kini kita dengan Malaysia memiliki keterkaitan yang besar. Sebab sebagian besar Kerajaan Melayu juga berada di tanah Borneo (Kalimantan) atau Banua kita," lanjutnya.

Oleh sebab itu, anggota DPRD Kalsel dua periode tersebut menyarankan, perlu terus peningkatan kerja sama lintas negara antar masyarakat di Pulau Kalimantan.

"Hal itu sudah barang tentu memerlukan dukungan kedua pemerintahan negara tersebut," ujarnya menjawab Antara Kalsel di Banjarmasin.

Wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel I/Kota Banjarmasin itu menyatakan, insya Allah dalam kesempatan berikut Komisinya akan usulkan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Pelindungan Budaya Banua.

"Paling tidak merevisi peraturan daerah (Perda) atau bahkan mengabungkan beberapa Perda tentang Budaya Banua dan Kearifan Lokal yang sudah ada," demikian Lutfi Saifuddin.
Ketua Komisi IV Bidang Kesra DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) HM Lutfi Saifuddin yang juga membidangi kebudayaan. (Syamsuddin Hasan)

Sebelumnya seorang warga Banjar keturunan yang tinggal di Malaysia, Azlan Bashah melalui WA-nya lewat Group WA "Banjar Lintas Negara" (BLN) mengunggah keberadaan rumah Banjar di Negeri Jiran tersebut.

Ia menuturkan, keberadaan rumah Banjar itu tepatnya di Kuala Kursi Perak, Malaysia milik keluarganya yang mengangkut bahan bangunan berupa kayu Ulin (kayu besi) dari Banjar penghujung tahun 1800-an.

"Kemudian pembinaan atas persetujuan pemerintah Inggris pada awal tahun 1900-an," ungkapnya mengutip keterangan keluarga yang usia lebih tua.

Ia menerangkan, sekitar tempat tinggalnya di  Kampung Seri Makmor Kuala Kurau saat ini hanya tinggal lebih kurang tujuh buah lagi rumah Banjar.

"Hanya ini, lebih kurang tujuh buah rumah Banjar 'nang tatinggal" (yang tertinggal) di kampung 'ulun' (saya) di Kampung Seri Makmor Kuala Kurau, Perak. Salah satunya milik keluarga Ulun," ujarnya menjawab Antara Kalsel.

"Di kawasan lain di Johor, Selangor atau Perak lainnya ulun 'kada manamui' (tidak menemukan) rumah adat Banjar 'nang' (yang) dibangun 'hujung' (akhir) Tahun 1800 oleh generasi pertama Banjar 'pamadaman' (perantauan) di Malaysia," demikian Azlan Bashah.
Salah satu rumah adat Banjar Kalsel di Malaysia atau tepatnya Kampung Seri Makmor Kuala Kurau, Perak. (Istimewa)

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021