Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan terus berupaya mengoptimalkan pengembangan tanaman bambu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Pejabat Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel, Roy Rizali Anwar di Banjarbaru, Senin, mengatakan saat ini Pemprov terus berupaya mendorong pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Salah satu produk pengembangan HHBK yang  mampu mendongkrak perekonomian masyarakat adalah bambu untuk produksi tusuk sate.

Produksi tusuk sate bambu tersebut berkembang cukup pesat, untuk memenuhi permintaan dari dalam daerah.

Sebelumnya, tusuk satu bambu di datangkan dari berbagai daerah di Pulau Jawa, padahal produksi tanaman bambu di Kalsel cukup melimpah. Kini, potensi tersebut dikembangkan di dalam daerah dan hasil sangat menggembirakan.

Roy mengungkapkan, pengembangan HHBK merupakan satu program Revolusi Hijau yang digalakkan pemerintah provinsi Kalimantan Selatan sejak beberapa tahun terakhir.

"Pemerintah tidak hanya memfokuskan pada kegiatan penanaman pohon untuk memperbaiki kerusakan lingkungan, tetapi juga upaya menyejahterakan masyarakat khususnya masyarakat sekitar kawasan hutan," katanya.

Hutan Kalsel seluas 1,7 juta hektar memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan sangat potensial untuk dikembangkan.

Saat ini, Dinas Kehutanan telah mengembangkan sekitar 16 jenis HHBK antara lain seperti berbagai jenis madu, olahan bambu (tusuk sate), kayu manis, kopi dan lainnya.

HHBK yang juga dikelola oleh masyarakat sekitar hutan melalui program perhutanan sosial yang tersebar di sembilan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di wilayah Kalsel.

Salah satu HHBK di Kalsel yang cukup menjanjikan adalah produk olahan bambu berupa tusuk sate, tusuk pentol dan tusuk gigi.

Bahkan kini pemasaran produk olahan tidak hanya di Kalsel tetapi juga sampai Kalimantan Timur.

Kepala KPH Hulu Sungai Rudiono Herlambang mengatakan, permintaan tusuk sate terus meningkat. Di pabrik pengolahan tusuk sate yang dikelola KTH Surya Muda Hulu Sungai Selatan produksi perbulannya mencapai 3-4 ton.

Menurut dia, tanaman bambu selain mempunyai fungsi ekonomi juga fungsi ekologis melindungi kawasan daerah aliran sungai (DAS). Fungsi ekologis bambu bisa menahan butiran hujan dan mencegah erosi di sepanjang DAS.

Sayangnya, potensi besar tanaman bambu belum dibudidayakan dan dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.

Sebagian besar tanaman bambu di Kalsel tumbuh secara liar di sepanjang DAS beberapa kabupaten seperti Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan dan Tapin.

Selama ini tanaman bambu baru dimanfaatkan sebatas untuk rakit bambu, rumah lanting dan sedikit untuk kerajinan. Luas tanaman bambu di Kalsel diperkirakan seluas 4 ribu hektare. Sementara untuk mendukung sebuah industri seperti pabrik tisu diperlukan 15 ribu hektare

Ke depan, pihaknya menargetkan penanaman bambu 11 ribu hektare sebagai bagian rehabilitasi DAS dengan melibatkan masyarakat sekitar. Di Kalsel ada 14 jenis tanaman bambu dengan kegunaan yang berbeda-beda.

Pewarta: .

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020