Ketua Komisi IV DPRD Kota Banjarmasin Matnor Ali mengungkapkan keprihatinannya terhadap kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang saat ini sudah setara satu tahun lalu.
Apalagi, ujar dia, di gedung dewan kota, Kamis, diinformasikan sudah ada dua anak menjadi korban jiwa akibat virus nyamuk aedes aegypti ini, korban jiwa ini sudah melebihi tahun lalu.
Di mana sejak Januari hingga Agustus ini sudah total 38 kasus DBD. Total kasus DBD saat ini sudah menyamai kasus satu tahun lalu, di mana hanya satu yang meninggal dunia.
"Ini harus diwaspadai semua masyarakat, kita memang tengah berjuang menghadapi wabah COVID-19, tapi jangan sampai lengah dengan DBD ini, sebab sudah menimbulkan dua korban jiwa," tutur politisi Golkar tersebut.
Komisinya sebagai mitra Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin mengharapkan ada gerakan gencar untuk mensosialisasikan kewaspadaan DBD ini kemasyarakat, seperti gencarnya sosialisasi terhadap kewaspadaan virus Corona.
Karena diketahui, ujar dia, DBD tidak kalah berbahayanya dengan virus COVID-19, apalagi ancaman yang nyata itu terhadap anak-anak.
"Hampir sama saja kan gejalanya dengan terinveksi virus Corona, suhu badan panas, ini jangan sampai terlambat ditangani," beber Matnor Ali.
Pihaknya pun meminta Dinkes untuk rajin melaksanakan pogging dan penebaran bubuk abate untuk membunuh jentik-jentik nyamuk di daerah ditemukan kasusnya.
Menurut dia, pemerintah kota juga harus menggiatkan lagi para petugas Juru Pantau Jentik (Jumantik), hingga kewaspadaan dini bisa dilakukan.
"Meski sudah cukup gawat kasus DBD ini, kami juga menyetujui tidak ditetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB), tapi memang Banjarmasin sudah lampu kuning kasus DBD ini, jadi semua jangan lengah," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Apalagi, ujar dia, di gedung dewan kota, Kamis, diinformasikan sudah ada dua anak menjadi korban jiwa akibat virus nyamuk aedes aegypti ini, korban jiwa ini sudah melebihi tahun lalu.
Di mana sejak Januari hingga Agustus ini sudah total 38 kasus DBD. Total kasus DBD saat ini sudah menyamai kasus satu tahun lalu, di mana hanya satu yang meninggal dunia.
"Ini harus diwaspadai semua masyarakat, kita memang tengah berjuang menghadapi wabah COVID-19, tapi jangan sampai lengah dengan DBD ini, sebab sudah menimbulkan dua korban jiwa," tutur politisi Golkar tersebut.
Komisinya sebagai mitra Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin mengharapkan ada gerakan gencar untuk mensosialisasikan kewaspadaan DBD ini kemasyarakat, seperti gencarnya sosialisasi terhadap kewaspadaan virus Corona.
Karena diketahui, ujar dia, DBD tidak kalah berbahayanya dengan virus COVID-19, apalagi ancaman yang nyata itu terhadap anak-anak.
"Hampir sama saja kan gejalanya dengan terinveksi virus Corona, suhu badan panas, ini jangan sampai terlambat ditangani," beber Matnor Ali.
Pihaknya pun meminta Dinkes untuk rajin melaksanakan pogging dan penebaran bubuk abate untuk membunuh jentik-jentik nyamuk di daerah ditemukan kasusnya.
Menurut dia, pemerintah kota juga harus menggiatkan lagi para petugas Juru Pantau Jentik (Jumantik), hingga kewaspadaan dini bisa dilakukan.
"Meski sudah cukup gawat kasus DBD ini, kami juga menyetujui tidak ditetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB), tapi memang Banjarmasin sudah lampu kuning kasus DBD ini, jadi semua jangan lengah," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020