Kaum Muslim Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), terutama di Kota Banjarmasin juga tidak ketinggalan menggelar aksi solidaritas terhadap kaum Muslim Uighur di Cina atas perlakuan tidak adil dari pemerintah negeri berjuluk "tirai bambu" itu.

Aksi solidaritas tersebut sesudah shalat Ashar, Senin itu antara lain menuntut yang berkaitan dengan larangan
nama Islam untuk bayi baru lahir, serta yang memiliki nama Arab atau Islam mendapat ancaman tidak dapat pekerjaan di negeri Cina.

Selain itu, memprotes penyitaan Kitab Suci Alquran, sajadah, dan atribut yang menyimbolkan Islam oleh aparat negara yang terkenal dengan tembok kunonya tersebut.

Kemudian, larangan terhadap anak-anak mengikuti pelajaran agama Islam dan belajar Al  Quran, serta ustadz mengajarkan Al quran melalui media sosial, mereka (aparat Cina) tangkap.

Aksi massa juga menuntut atau bmengecam aturan tindakan memotong gaun panjang muslimah di tengah jalan.

Begitu pula meski memakai untuk alasan kenyamanan, muslimah di Tiongkok dilarang berkerudung, apalagi cadar.

Aksi massa juga menentang menikahkan paksa muslimah Uighur dengan lelaki kafir suku Han, dengan dalih asimilasi budaya. LP

Di akhir tuntutan, massa menyatakan, “Wahai penguasa, bilakah datang panggilan hati kalian? Wahai Panglima, tidakkah tertanya untuk apa panser dan pesawat tempur di landasannya? Wahai tentara, untuk apa senjata yang kalian panggul?”

Dengan berawal dari halaman Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin dan di bawah rintik-rintik hujan, massa aksi menelusuri beberapa jalan di ibu kota Kalsel itu antara lain Jalan MT Haryono, dan di Jalan Lambung Mangkurat - depan DPRD provinsi setempat.

Massa aksi berencana menemui anggota DPRD Kalsel, tetapi para wakil rakyat tingkat provinsi tersebut sedang kunjungan kerja dalam daerah provinsi secara bersamaan melaksanakan tugas-tugas kedewanan, 22 - 24 Desember 2019.

Dalam aksi tersebut selain berorasi, massa membawa sejumlah spanduk bertuliskan antara lain "Save Muslim Uighur" serta bendera dengan tulisan huruf Arab berupa kalimatutauhid.
 

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019