PT Bukit Asam Tbk berhasil mencatatkan kenaikan produksi dan penjualan batu bara hingga September 2019.
"Kinerja Bukit Asam selama triwulan ketiga 2019 dari sisi produksi dan penjualan mengalami peningkatan 10 persen," ujar Direktur Utama Bukit Asam, Avriyan Arifin di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan bahwa di tengah harga komoditas batu bara yang cukup menantang secara global, Bukit Asam berhasil mencatat kenaikan produksi 10 persen menjadi 21,6 juta ton selama triwulan ketiga 2019 dibandingkan 19,6 juta ton pada periode sama tahun lalu.
Sedangkan dari sisi penjualan, BUMN tambang tersebut mencatat kenaikan penjualan 11 persen menjadi 20,6 juta ton selama triwulan ketiga 2019 dari 18,5 juta ton pada periode sama tahun lalu.
"Dengan demikian kenaikan produksi ini ditopang oleh peningkatan volume penjualan kita," kata Avriyan Arifin dalam acara konferensi pers.
Baca juga: Kinerja Bukit Asam terkerek berkat garap pasar ekspor
Kenaikan penjualan batu bara ini tak lepas dari strategi penjualan yang diterapkan oleh Bukit Asam dengan menyasar ekspor batu bara ke beberapa negara seperti India, Hong Kong, Filipina dan sejumlah negara Asia lain, serta menyasar pasar ekspor baru seperti ke Jepang dan Korea Selatan.
Tak hanya mendorong penjualan ekspor ke negara-negara Asia, Bukit Asam juga menerapkan penjualan ekspor batu bara dengan kadar kalori medium hingga tinggi ke pasar premium.
Sampai dengan triwulan III tahun 2019, Bukit Asam mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp16,3 triliun, yang terdiri dari pendapatan penjualan batu bara domestik sebesar 56 persen, penjualan batu bara ekspor sebesar 42 persen dan aktivitas lainnya sebesar 2 persen yang terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.
Baca juga: BUMN terbaik 2019 diraih Bukit Asam dan Pelindo 1
Meskipun di tengah kondisi penurunan harga batubara dunia, Bukit Asam masih membukukan laba bersih sebesar Rp3,1 triliun dengan EBITA sebesar Rp5,0 triliun. Hal ini tidak lain hasil dari strategi dan upaya efisiensi yang dilakukan perseroan.
Beban pokok penjualan hingga September 2019 ini tercatat sebesar Rp10,5 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 13 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp9,4 triliun.
Komposisi dan kenaikan terbesar terjadi pada biaya angkutan kereta api seiring dengan peningkatan volume angkutan batubara dan kenaikan biaya jasa penambangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019