Mendengar kata atau kalimat mimbar, mungkin hal bisa, karena di mana-mana masjid "kaum tua/tiga" yaitu pengikut Imam Syafi'e (salah seorang dari empat madzhab terkenal) di kalangan kaum Muslim terdapat tempat khatib berkhotbah tersebut.

Bahkan di Masjidil Haram Makkah serta Masjid Nabawi Madinah Arab Saudi juga ada mimbar. Seperti di Masjidil Haram Makkah mimbar terkadang untuk khatib menyampaikan khotbah sebelum shalat Jum'at.
Baca juga: Jamaah haji Kalsel dalam kondisi baik di Saudi

Tetapi bagaimana dengan mimbar Masjid Jami' Tamiang yang berada di pedalaman Kotabaru atau kabupaten paling timur Kalimantan Selatan (Kalsel) - provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota tersebut.

Sebagaimana tertera pada mimbar, pembuatan tempat khatib berkhotbah menjelang saat shalat Jum'at di Masjid Jami' Tamiang (sekitar 333 kilometer timur Banjarmasin) itu penanggalan kamariah (berdasarkan  perhitungan terbitnya bulan) yaitu Safar 1327 Hijriah.
Baca juga: Paskibraka Kotabaru obliged to khatam Qur'an during training

Keajaiban mimbar Masjid Jami' Tamiang yang ketika pembangunnya masih dalam belantara Borneo (Kalimantan) tersebut bukan karena usia yang seabad lebih, melainkan nilai atau anggapan "kekeramatan" (kekaramahan)-nya.

Nilai atau anggapan kekaramahan itu membuat mimbar Masjid Jami' Tamiang yang kini masuk wilayah Kecamatan Kelumpang Selatan dan Desa Pantai Kotabaru tersebut hampir punah terbalut kain kuning dan putih dari peziarah yang bernazar.

Kalau semua kain putih dan kuning dari peziarah diselimutkan, mimbar Masjid Jami' Tamiang hasil desain (rancang bangun) almarhum Tuan Guru Buya H Muhammad Basyiri bin H Muhammad Nur (alm) itu bisa tertutup keseluruhan atau tidak tampak lagi.

Oleh sebab itu, sebagian kain dengan dominasi warna kuning dari peziarah diletakkan/menumpuk di bawah dekat mimbar serta tempat lain dalam Masjid Jami' Tamiang tersebut.

Sebagian lagi kain kuning dari peziarah tersebut menjadi "langit-langit" (plafon) Masjid Jami' Tamiang itu dengan cara dijahit (sambung-menyambung).

Selain itu, keajaiban mimbar yang sejak lama terletak di tengah masjid tidak bisa dipindahkan oleh siapapun, karena setiap orang yang mau memindah letak atau posisinya selalu mendapat teguran seperti sakit-sakitan.

Teguran lain, tidak cuma bersifat fisik (jasmani), tetapi bisa pula secara psikologis atau kejiwaan bagi orang yang bersikeras mau memindah letak/posisi mimbar tua tersebut.

Begitu pula berapa orang pun yang mau memindah, mimbar yang terbuat dari kayu Ulin (kayu besi) itu tidak bisa mereka lakukan, karena terasa berat, seakan ada yang membebani atau menahan.

Keajaiban-keajaiban atau keanehan-keanehan itulah mungkin sebagian warga masyarakat menganggap mimbar tersebut mempunyai nilai karamah.

Mimbar dan Masjid Jami' Tamiang yang kini seakan terpencil atau jauh dengan pemukiman penduduk tersebut tampaknya misteri/menyimpan nilai-nilai mistis yang mungkin ada menganggap "irational" (tidak rasional).

Oleh sebab itu, bagi mereka yang tidak percaya adanya kekuatan gaib atau menganggap tidak masuk akal pikiran manusia normal, silakan mencoba menantang dengan berbuat yang aneh-aneh, dan sudah barang tentu siap menerima risiko atau akibatnya.

Sementara pahatan atau ukiran pada mimbar Masjid Jami' Tamiang tersebut tampaknya seperti biasa-biasa saja, hanya bermotif daun dan bunga. Cuma belum diketahui pasti, apakah itu bunga melati atau Seroja.

Dari sepengetahuan zuriat atau keturunan Buya H Muhammad Basyiri (alm), desain yang hampir serupa dengan mimbar Masjid Jami' Tamiang itu, juga mimbar Masjid Al Abrar Titipapan Medan, Sumatera Utara (Sumut).

Sebab salah seorang pendiri/pembangunan Masjid Al Abrar Titipapan Medan itu Buya H Muhammad Basyiri yang menetap di "Tanah Deli" Andalas (Sumatera) sepulang menuntut ilmu agama dari Makkah Arab Saudi selama tujuh tahun.

Selain itu, mimbar Masjid Su'ada Aluan Sumur kini Desa Aluan Mati (sekitar 173 kilometer utara Banjarmasin) Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel yang merupakan kampung halaman almarhum.

Almarhum H Muhammad Basyiri sendiri yang  meninggal dunia  Tahun 1358H/1939 M bermakam di Pekuburan Muslim belakang Masjid Al Abrar Titipapan - arah ke Pelabuhan Balawan Medan.

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019