Warga masyarakat Desa Layuh Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel) membudidayakan madu kelulut.

"Pasalnya usaha budidaya madu kelulut memberikan harapan baik buat menunjang pendapatan atau perekonomian keluarga," ujar Fakhruddin, warga Layuh yang membudidayakan kelompok hasil hutan ikutan (IHH) tersebut di Layuh (sekitar 180 kilometer utara Banjarmasin), Senin.

Ia mengaku, usaha membudidayakan madu kelulut "mudah-mudah susah" (bisa dikatakan mudah dan bisa pula dibilang susah). "Semua itu tergantung kemauan kita sendiri," ucap laki-laki berusia sekitar 45 tahun tersebut.

Laki-laki yang cuma berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Barabai, ibu kota HST itu menerangkan, dirinya menggeluti usaha budidaya madu kelulut sudah sejak belasan tahun.

"Hingga saat ini mengelola ribuan sarang lebah kelulut, yang panen setiap tiga bulan dengan hasil sekitar setengah kilogram (kg) per sarang," tutur laki-laki kelahiran Desa Aluan Sumur Kecamatan Batu Benawa HST itu.

Selain itu, melakukan pembimbingan pembudidayaan madu kelulut pada beberapa desa di "Bumi Murakata" HST, dan sampai "Bumi Sa-ijaan" Kotabaru - kabupaten paling timur Kalsel yang terdiri atas 13 kabupaten/kota tersebut.

Sedangkan harga setempat atau di  Desa Layuh per kilogram madu kelulut tersebut Rp300 ribu, lanjut laki-laki yang akrab disapa Dino menjawab Antara Kalsel saat meninjau pembudidayaan kelompok IHH itu.

Ia menyatakan, dirinya terus melakukan inovasi-inovasi dalam mencari/membuat media untuk pembudidayaan madu kelulut tersebut, tidak cuma menggunakan kayu, tetapi jenis lain seperti bambu dan rotan.

"Kalau melalui media lain itu nanti berhasil, kenapa tidak kita harus lakukan, sehingga bisa mengembangkan budidaya madu kelulut tersebut lebih maksimal lagi," demikian Dino.

Sebagai catatan, harga madu kelulut lebih mahal dari madu lebah ternak/budidaya serta lebah liar (wanyi) yaitu Rp300 ribu/kg-madu kelulut, Rp150 ribu/kg-madu lebah budidaya, dan Rp200 ribu/kg-madu wanyi.
 

Pewarta: Sukarli/Syamsuddin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019