Kasus warga dengan tubuh pendek atau stunting di Kalimantan Selatan masih cukup tinggi karena adanya masalah gizi kronis pada masa pertumbuhan bayi.
Ketua TP PKK Prov Kalsel, Hj Raudatul Jannah Sahbirin pada Workshop Pencegahaan Perkawinan Usia Dini dan Seminar Pencegahan Stunting Melalui 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) mengatakan, berdasarkan data riset dasar kesehatan tahun 2018di Kalsel angka stunting mencapai angka 33,2 persen lebih tinggi dibanding angka nasional 30,8 persen.
“Berdasarkan data tersebut, berarti terdapat permasalahan gizi yang perlu kita selesaikan bersama, baik secara nasional maupun di Kalsel," katanya.
Sehingga, tambah dia, sangat penting untuk melakukan langkah-langkah yang tepat, mencegah dan mengurangi angka stunting, khususnya di Kalsel.
Baca juga: Banjarmasin gelar festival kelotok hias di Harganas
Langkah tersebut, antara lain dengan mengkampanyekan pemenuhan gizi yang sehat dan seimbang, serta memberikan edukasi kepada masyarakat terkait stunting.
“Pengetahuan dan pemahaman masyarkat tentang gizi harus kita tingkatkan. Masyarakat kita harus memahami penyebab kekurangan gizi, termasuk pengetahuan mereka tentang jenis dan cara mengolah makanan yang bergizi," katanya.
Selain itu, juga perlu disosialisasikan kepada masyarakat, bahwa pemenuhan asupan gizi sangat penting untuk mewujudkan anak yang sehat, terutama pada periode 1000 hari pertama kehidupan.
Berdasakan data World Health Organization (WHO), stunting diperkirakan berpengaruh terhadap 21,9 persen, dari 149 juta balita di dunia.
Lebih dari 50 persen, balita di Asia menderita stunting. Indonesia merupakan salah satu negara, dengan prevalensi balita stunting yang masih cukup tinggi.
"Untuk itu, kita perlu menangani permasalahan ini dengan segera, kita tidak ingin kehilangan generasi yang berkualitas akibat kelalaian kita dalam menangani permasalahan ini," katanya.
Baca juga: Kunjungi stand HST, Gubernur cicipi kue apam dan cincin
Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya. Banyak yang tidak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah gizi kronis pada pertumbuhan tubuh si kecil
Seminar tersebut digelar dalam rangkaian Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVI tahun 2019, di Kalimantan Selatan.
Pada kesempatan tersebut, Tim Penggerak PKK Prov Kalsel juga mengggelar berbagai kegiatan sosial Baksos Kesehatan dan KB, yaitu terdiri dari pelayanan KB, pelayanan IVA Test, sunatan massal, dan pelayanan PTM di gedung Bina Satria Bnajarbaru.
Dalam kegiatan ini, sedikitnya 1000 orang mengikuti IVA Test, 150 orang mengikuti pelyanan KB, dan 100 orang mengikuti sunatan massal.
Baca juga: Monas, Borobudur dan aneka miniatur lainya tampil di kelotok hias Harganas
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Ketua TP PKK Prov Kalsel, Hj Raudatul Jannah Sahbirin pada Workshop Pencegahaan Perkawinan Usia Dini dan Seminar Pencegahan Stunting Melalui 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) mengatakan, berdasarkan data riset dasar kesehatan tahun 2018di Kalsel angka stunting mencapai angka 33,2 persen lebih tinggi dibanding angka nasional 30,8 persen.
“Berdasarkan data tersebut, berarti terdapat permasalahan gizi yang perlu kita selesaikan bersama, baik secara nasional maupun di Kalsel," katanya.
Sehingga, tambah dia, sangat penting untuk melakukan langkah-langkah yang tepat, mencegah dan mengurangi angka stunting, khususnya di Kalsel.
Baca juga: Banjarmasin gelar festival kelotok hias di Harganas
Langkah tersebut, antara lain dengan mengkampanyekan pemenuhan gizi yang sehat dan seimbang, serta memberikan edukasi kepada masyarakat terkait stunting.
“Pengetahuan dan pemahaman masyarkat tentang gizi harus kita tingkatkan. Masyarakat kita harus memahami penyebab kekurangan gizi, termasuk pengetahuan mereka tentang jenis dan cara mengolah makanan yang bergizi," katanya.
Selain itu, juga perlu disosialisasikan kepada masyarakat, bahwa pemenuhan asupan gizi sangat penting untuk mewujudkan anak yang sehat, terutama pada periode 1000 hari pertama kehidupan.
Berdasakan data World Health Organization (WHO), stunting diperkirakan berpengaruh terhadap 21,9 persen, dari 149 juta balita di dunia.
Lebih dari 50 persen, balita di Asia menderita stunting. Indonesia merupakan salah satu negara, dengan prevalensi balita stunting yang masih cukup tinggi.
"Untuk itu, kita perlu menangani permasalahan ini dengan segera, kita tidak ingin kehilangan generasi yang berkualitas akibat kelalaian kita dalam menangani permasalahan ini," katanya.
Baca juga: Kunjungi stand HST, Gubernur cicipi kue apam dan cincin
Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya. Banyak yang tidak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah gizi kronis pada pertumbuhan tubuh si kecil
Seminar tersebut digelar dalam rangkaian Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVI tahun 2019, di Kalimantan Selatan.
Pada kesempatan tersebut, Tim Penggerak PKK Prov Kalsel juga mengggelar berbagai kegiatan sosial Baksos Kesehatan dan KB, yaitu terdiri dari pelayanan KB, pelayanan IVA Test, sunatan massal, dan pelayanan PTM di gedung Bina Satria Bnajarbaru.
Dalam kegiatan ini, sedikitnya 1000 orang mengikuti IVA Test, 150 orang mengikuti pelyanan KB, dan 100 orang mengikuti sunatan massal.
Baca juga: Monas, Borobudur dan aneka miniatur lainya tampil di kelotok hias Harganas
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019