Kepala Bidang Pendaftaran Ekstensifikasi dan Penilaian Kanwil DJP Kalsel-Teng Nurshinta Rifianty Rifani di Banjarmasin Rabu mengatakan, kendati baru tercapai 40 persen, namun pihaknya tetap optimistis target Rp3,3 trilun akan tercapai hingga akhir tahun.
"Dibanding 2016 periode sama, prosentase pendapatan kita jauh lebih baik, kami optimistis target pendapatan tersebut akan tercapai hingga akhir tahun," katanya.
Menurut dia, target pendapatan pajak 2017 turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp3,7 triliun. Penurunan target tersebut menyesuaikan dengan kondisi ekonomi Kalsel yang melemah akibat anjloknya harga batu bara dan komoditas unggulan lainnya.
"Pada 2016, dari target pendapatan pajak sebesar Rp3,7 triliun, hanya mampu kita capai 70 persen, sehingga target 2017 diturunkan menjadi Rp3,3 triliun," katanya.
Kontribusi realisasi pajak terbesar masih didominasi oleh sektor perdagangan besar, pertambangan, jasa transportasi, jasa keuangan perbankan, dan sektor administrasi.
"Pendapatan pajak dari sektor transportasi dimaksud adalah transportasi yang masih berkaitan dengan pertambangan," katanya.
Sebelumnya, KDJP Kalsel terus berupaya mencari terobosan baru penerimaan pajak pengganti penerimaan dari sektor tambang batu bara, yang mengalami penurunan sejak beberapa tahun terakhir.
Beberapa sektor penerimaan yang bisa dimaksimalkan antara lain sektor jasa keuangan, konstruksi dan beberapa sektor lainnya, yang selama ini belum tergarap maksimal.
Turunnya harga batu bara dan sektor unggulan lainnya, dalam beberapa tahun terakhir, tidak hanya mempengaruhi pendapatan pajak DJP wilayah Kalsel dan Kalteng, tetapi juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah dan realisasi kredit perbankan.
Selain itu, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga banyak yang gulung tikar, akibat turunnya daya beli masyarakat.
Saat ini, pemerintah terus berupaya mendorong tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, baik itu pariwisata, industri kreatif, pertanian, perkebunan dan lainnya, untuk menjadi pengganti sektor pertambangan.