Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan segera merealisasikan pembangunan Kebun Raya Banua pada lahan seluas 100 hektare di jalan Aneka Tambang yang diyakini lebih besar dibanding Kebun Raya Bogor yang memiliki luas lahan sekitar 85 hektare.
Kepala Kebun Raya Banua Provinsi Kalsel, Agung Sriyono di Banjarmasin, Rabu mengatakan, pembangunan kebun raya yang akan dimulai pada Februari 2013, diawali pada lahan seluas delapan hektare.
Di areal tersebut, kata dia, bakal ditanami sekitar 30 jenis tanaman obat-obatan khas Kalimantan Selatan dan sebagian tanaman obat-obatan yang bibitnya diperoleh dari Kebun Raya Bogor.
"Tanaman obat-obatan yang akan kita tanam, merupakan tanaman khas Kalsel yang diperoleh dari beberapa kabupaten di Kalsel, antara lain dari Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara dan lainnya," katanya.
Tanaman-tanaman tersebut, kata dia, kini sudah menjadi koleksi Pemprov Kalsel dari hasil penelitian yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, tanaman koleksi tersebut kini tinggal memindahkannya ke areal Kebun Raya Banua.
Sedangkan untuk penataan dan pengembangan lokasi kebun raya tambah Agung, pihaknya dibantu tim dari Kebun Raya Bogor yang direncanakan dalam waktu dekat akan segera datang ke Kalsel untuk mengarahkan soal penataan lokasi, pembibitan, dan kegiatan lainnya.
Luas Kebun Raya Banua ini, semula direncanakan mencapai 122,13 hektare, namun karena letaknya terpisah-pisah, maka dilakukan revisi menjadi hanya 100 hektare, sehingga pengelolaannya lebih mudah karena dalam satu hamparan.
Beberapa jenis tumbuhan obat-obatan berkhasiat asal Kalsel tersebut antara lain Ulin yang berkhasiat menghitamkan rambut.
Tentang total jenis tanaman yang bakal ditanam di kebun raya tersebut, Agung belum bisa memastikan, karena saat ini sedang dalam proses identifikasi, dan tidak menutup kemungkinan jumlah dan koleksi kebun raya akan terus bertambah sesuai penemuan dan penelitian yang dilakukan.
"Kebun Raya Bogor dengan luas sekitar 85 hektare bisa menampung sekarang sekitar 12 ribu jenis tanaman, apalagi Kebun Raya Banua dengan luas 100 hektare, tentunya bisa menampung lebih banyak lagi jenis tanaman langka dan obat-obatannya," katanya.
Menurut Agung untuk menyelesaikan proyek tersebut, diperlukan waktu minimal lima tahun, karena pemerintah juga harus menyediakan pembangunan infrastruktur dan lainnya.
Sebelumnya, tim Peneliti dari Balai Peneletian dan Pengembangan Daerah Kalimantan Selatan menemukan 177 jenis tumbuhan obat-obatan yang tersebar di tujuh kabupaten dan kota di provinsi ini.
Salah satu anggota tim Etnobotani Balitbangda Kalsel Agus Karyono pada rapat persiapan pembangunan Kebun Raya Kalsel di Banjarmasin, mengatakan, 177 jenis tumbuhan obat-obatan tersebut didapat dari masyarakat setempat, yang memanfaatkannya untuk pengobatan ketika ada jenis penyakit tertentu di daerahnya.
Etnobotani adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dan alam lingkungannya meliputi sistem pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan.
"Seluruh jenis tumbuhan tersebut tetap kita berinama sesuai dengan nama yang diberikan warga asli, karena belum dilakukan penelitian secara ilmiah tentang kandungan tumbuhan tersebut," katanya.
Ketujuh kabupaten yang dilakukan sebagai tempat penelitian tersebut yaitu Kabupaten Banjar terdapat 18 jenis tumbuhan, Kabupaten Tapin sebanyak 22 jenis, Hulu Sungai Utara sebanyak 17 jenis. Selain itu, Hulu Sungai Tengah 28 jenis, Hulu Sungai Selatan 31 jenis, Balangan 41 jenis , dan Kabupaten Tabalong 20 jenis.
"Dari beberapa desa tersebut di atas, Desa Harakit Kabupaten Tapin, Desa Malinau Kabupten HSS, Desa Kiyu Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Desa Misim Kabupaten Tabalong merupakan daerah yang paling potensial untuk eksplorasi," katanya.
Selain itu, kata dia, desa yang mayoritas penduduknya Dayak terpencil dan jauh dari lingkungan perkotaan banyak mengetahui tentang jenis tumbuhan berkhasiat obat yang sudah mereka warisi secara turun temurun.
Kebun Raya Kalsel Lebih Luas Dari Bogor
Rabu, 30 Januari 2013 13:18 WIB