Tangerang (ANTARA) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa ekspor komoditas Indonesia mulai bergeser ke produk-produk manufaktur, yang mengindikasikan bahwa industri tumbuh pesat.
"Impor kita meningkat di bahan baku dan penolong. Para ekonom bilang defisit itu akibat masuknya bahan baku dan penolong. Itu positif karena artinya terjadi investasi yang marak di industri," kata Mendag Enggartiasto saat menghadiri Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Selasa.
Mendag menampik bahwa terjadi deindustrialisasi di Indonesia, mengingat dari data perdagangan yang ada, pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka yang stabil dan ekspansif.
Menurut data Kemendag, 81 persen permintaan dunia kepada Indonesia merupakan barang manufaktur dan 19 persen komoditas primer.
Dalam hal ini, Mendag memaparkan bahwa Kemendag akan membidik target ekspor nonmigas naik 8 persen pada 2019 menjadi 175,8 miliar dolar AS dari tahun sebelumnya yakni 162,8 miliar dolar AS.
Lima prioritas ekspor pada era Industri 4.0 yang diusung yakni makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik dan kimia.
"Ekspor yang ingin kami kejar, bukan hanya industri besar, tapi juga industri kecil menengah (IKM). Ini beriringan dengan digital economy dan penjualan online," kata Enggartiasto.