New York (Antaraews Kalsel) - Kurs dolar AS terus melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena investor tetap optimis pada kemungkinan membaiknya lingkungan perdagangan global.
Dolar Australia, yang secara luas dipandang sebagai barometer sentimen risiko global, memperpanjang kenaikannya terhadap greenback untuk hari kedua berturut-turut.
Pasar terus mencerna berita bahwa China dan Amerika Serikat memiliki putaran baru konsultasi ekonomi dan perdagangan di Washington minggu ini.
Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed) memutuskan untuk mempertahankan kisaran target untuk suku bunga acuan federal fund di 2,25 hingga 2,50 persen, menurut risalah pertemuan kebijakan pada 29-30 Januari, yang dirilis pada Rabu (20/2).
Bank sentral berjanji akan bersabar ketika menentukan penyesuaian di masa depan terhadap kisaran target suku bunga, mengingat "perkembangan ekonomi dan keuangan global serta tekanan inflasi yang lemah."
"Peserta menunjuk berbagai pertimbangan yang mendukung pendekatan 'sabar' terhadap kebijakan moneter pada saat ini sebagai langkah yang tepat dalam mengelola berbagai risiko dan ketidakpastian dalam prospek," kata risalah.
The Fed menggambarkan "pendekatan yang sabar dan fleksibel" sebagai cara untuk "mengelola risiko-risiko sambil menilai informasi yang masuk mengenai prospek ekonomi."
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1351 dolar AS dari 1,1340 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,3061 dolar AS dari 1,3067 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7173 dolar AS dari 0,7169 dolar AS.
Dolar AS dibeli 110,82 yen Jepang, lebih tinggi dari 110,65 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 1,0002 franc Swiss dari 1,0007 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3154 dolar Kanada dari 1,3212 dolar Kanada. Demikian laporan yang dikutip dari Xinhua.
Baca juga: Harga emas naik, terpicu optimisme perundingan dagang AS-China
Baca juga: Harga minyak naik ke tingkat tertinggi 2019
Baca juga: Wall Street menguat, investor cerna risalah pertemuan Bank Sentral AS
Dolar Australia, yang secara luas dipandang sebagai barometer sentimen risiko global, memperpanjang kenaikannya terhadap greenback untuk hari kedua berturut-turut.
Pasar terus mencerna berita bahwa China dan Amerika Serikat memiliki putaran baru konsultasi ekonomi dan perdagangan di Washington minggu ini.
Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed) memutuskan untuk mempertahankan kisaran target untuk suku bunga acuan federal fund di 2,25 hingga 2,50 persen, menurut risalah pertemuan kebijakan pada 29-30 Januari, yang dirilis pada Rabu (20/2).
Bank sentral berjanji akan bersabar ketika menentukan penyesuaian di masa depan terhadap kisaran target suku bunga, mengingat "perkembangan ekonomi dan keuangan global serta tekanan inflasi yang lemah."
"Peserta menunjuk berbagai pertimbangan yang mendukung pendekatan 'sabar' terhadap kebijakan moneter pada saat ini sebagai langkah yang tepat dalam mengelola berbagai risiko dan ketidakpastian dalam prospek," kata risalah.
The Fed menggambarkan "pendekatan yang sabar dan fleksibel" sebagai cara untuk "mengelola risiko-risiko sambil menilai informasi yang masuk mengenai prospek ekonomi."
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1351 dolar AS dari 1,1340 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,3061 dolar AS dari 1,3067 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7173 dolar AS dari 0,7169 dolar AS.
Dolar AS dibeli 110,82 yen Jepang, lebih tinggi dari 110,65 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 1,0002 franc Swiss dari 1,0007 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3154 dolar Kanada dari 1,3212 dolar Kanada. Demikian laporan yang dikutip dari Xinhua.
Baca juga: Harga emas naik, terpicu optimisme perundingan dagang AS-China
Baca juga: Harga minyak naik ke tingkat tertinggi 2019
Baca juga: Wall Street menguat, investor cerna risalah pertemuan Bank Sentral AS
Editor: Risbiani Fardaniah