Di era tahun 80-an hingga tahun 90-an berbagai produk jamu olahan masyarakat di Provinsi Kalimantan Selatan begitu dikenal, bukan saja di wilayah sendiri bahkan diantarpulaukan.
Jamu olahan Kalsel yang terkenal tersebut, diantaranya jamu Sarigading, Jamu Pasak Bumi, Jamu Tabat Barito.
Bukan hanya jamu produk herbal olahan masyarakat Kalsel tersebut, tetapi juga saleb yang terkenal dengan nama saleb cap Dua Kokang, atau bedak mempercantik diri bagi kaum perempuan yang disebut "pupur bangkal."
Obat-obatan herbal disebut di atas tersebut hanya yang terangkat kepermukaan, padahal masih segudang obat-obatan produk herbal olahan masyarakat di daerah paling selatan Kalimantan tersebut yang dibuat skala kecil dan tidak populer.
Melihat kenyataan tersebut telah membuktikan daratan Kalsel mengandung banyak potensi obat-obatan herbal.
Kepala Dinas Kesehatan Kalsel Rosihan Adhani kepada pers di Banjarmasin, mengakui wilayahnya merupakan gudangnya obat-obatan herbal tersebut.
Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Dinas Kesehatan mendukung pengembangan pengobatan herbal melalui pengembangan produk jamu tradisional yang berasal dari sumber daya alam lokal sebagai pengobatan alternatif.
Ia mengatakan, Kalsel merupakan konsumen jamu terbesar nasional sehingga sudah saatnya kini pemerintah dan masyarakat mengangkat citra obat tradisional tersebut.
Salah satu upaya untuk membantu mengangkat citra jamu tradisional Kalsel tersebut, kata Rosihan, kini pihaknya sedang merintis untuk memasukkan obat-obatan herbal tersebut ke dalam rumah sakit.
"Saat ini di Indonesia baru ada 36 rumah sakit yang memasukkan obat-obatan herbal sebagai pengobatan alternatif, dan Kalsel baru pada tahap merintis," katanya.
Hal tersebut dilakukan, karena Kalsel merupakan daerah yang sangat kaya sumber daya alam berupa tumbuhan obat-obatan, bahkan salah satu kekayaan alam Kalsel berupa pasak bumi dan tabat barito kini banyak dikirim ke beberapa negara.
Di negara-negara importir tersebut, tumbuhan tersebut diolah menjadi obat yang kemudian dijual ke seluruh negara termasuk Indonesia.
"Seharusnya tumbuhan tersebut yang mengolah adalah kita dan yang mendapatkan nilai tambah ekonominya adalah warga kita pula, tetapi justru oleh negara lain," katanya.
Dengan demikian, Rosihan berharap warga Kalsel bisa mendukung keberadaan obat-obatan herbal tersebut bisa berkembang di daerah ini.
Saat ini, tambah dia, keberadaan jamu-jamu tradisional Kalsel kalah bersaing dengan jamu luar terbukti dari 26 perusahaan jamu, kini tersisa tujuh perusahaan jamu saja.
Selain ingin mengangkat citra melalui promosi dan Dinkes juga membantu pengembangan jamu tersebut melalui SP3T yaitu sentra pengembangan pengobatan tradisional di daerah.
Tumbuhan Obat
Sementara itu Tim Peneliti dari Balai Peneletian dan Pengembangan Daerah Kalsel telah membuktikan bahwa wilayah Kalsel kaya akan sumber obat-obatan herbal demikian.
Pihak peneliti tersebut telah berhasil menemukan 177 jenis tumbuhan obat-obatan yang tersebar di tujuh kabupaten dan kota di provinsi ini.
Salah satu anggota tim Etnobotani Balitbangda Kalsel Agus Karyono pada rapat persiapan pembangunan Kebun Raya Kalsel di Banjarmasin, mengatakan 177 jenis tumbuhan obat-obatan tersebut didapat dari masyarakat setempat.
Ke-177 jenis tumbuhan obat tersebut ternyata sudah dimanfaatkan untuk pengobatan ketika ada jenis penyakit tertentu di daerah ini.
Etnobotani adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dan alam lingkungannya meliputi sistem pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan.
"Seluruh jenis tumbuhan tersebut tetap kita berinama sesuai dengan nama yang diberikan warga asli, karena belum dilakukan penelitian secara ilmiah tentang kandungan tumbuhan tersebut," katanya.
Nama ilmiah tumbuh-tumbuhan yang diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit tersebut, kata dia, akan diberikan nama setelah melalui kajian kandungan "fitokimia" dari berbagai macam jenis tumbuhan berkhasiat untuk obat.
Menurut Agus, eksplorasi tumbuhan berkhasiat obat dilakukan di desa yang potensial memiliki sumber daya tumbuhan berkhasiat obat dengan alokasi waktu yang lebih memadai, yang dilakukan setidaknya satu dampai dua minggu di setiap lokasi.
Ketujuh kabupaten yang dilakukan sebagai tempat penelitian tersebut yaitu Kabupaten Banjar terdapat 18 jenis tumbuhan, Kabupaten Tapin sebanyak 22 jenis, Hulu Sungai Utara sebanyak 17 jenis.
Selain itu, Hulu Sungai Tengah 28 jenis, Hulu Sungai Selatan 31 jenis, Balangan 41 jenis , dan Kabupaten Tabalong 20 jenis.
"Dari beberapa desa tersebut di atas, Desa Harakit Kabupaten Tapin, Desa Malinau Kabupten HSS, Desa Kiyu Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Desa Misim Kabupaten Tabalong merupakan daerah yang paling potensial untuk eksplorasi," katanya.
Selain itu, kata dia, desa yang mayoritas penduduknya Dayak terpencil dan jauh dari lingkungan perkotaan banyak mengetahui tentang jenis tumbuhan berkhasiat obat yang sudah mereka warisi secara turun temurun.
Beberapa jenis tanaman obat yang ditemukan dan telah diuji fitokimia adalah adalah sembilikan, akar bangkimut, krakatau dan haratau, nalin-nalin, akar balakatan, akar arau, bamboo buluh dan bebeberapa jenis tumbuhan obat-obatan lainnya.
Berbagai jenis tanaman obat-obatan tersebut bakal dikembangkan di kebun raya selain berbagai jenis tanaman langka lainnya di Kalsel.
Mengangkat Potensi Kalsel Sebagai Produsen Obat Herbal
Jumat, 7 September 2012 16:28 WIB