Beberapa orang pemuda duduk beralaskan tikar di bawah pohon rindang di tengah persawahan Guntung Papuyu Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.
Diantaranya sambil mendengarkan lantunan lagu dangdut pada sebuah radio yang dibawa ke lokasi tersebut.
Sementara tangan mereka begitu kosentrasi memegang dan memperhatikan alat pancing yang ditaruh persis pada beberapa lokasi empang (danau kecil) di tengah persawahan tersebut.
"Aku dapat,"kata seorang pemuda berteriak kegirangan tatkala pancingnya dimakan seekor ikan pepuyu (betok), seraya mengambilnya dan membuat ikan tersebut ke dalam ember yang sudah disediakan.
Hoby memancing seakan muncul di saat bulan Puasa ini, dan berdasarkan keterangan Imuh (23 th) penduduk Laksana Indan Pekauman Kota Banjarmasin ini, hampir setiap hari selama puasa ia memancing bersama kawan-kawannya satu kampung.
"Rame sekali pak memancing, selalu ketagihan karena asyik,"kata Imuh pemuda pengangguran ini.
Apanya yang asyik kata penulis bertanya, ya itu "jarujutnya" (saat pancing ditarik-tarik ikan), dan kenikmatan seperti itu tak bisa dibeli, kata Imuh lagi.
Menurut Imuh saat seperti itu sulit dilukiskan kesenangannya dalam memancing, apalagi bila "jarujutnya" sering sekali terjadi, maka kian asyik saja, rasa tak ingat waktu.
"Kalau memancing itu sering dapat, rasanya waktu ini sangat singkat, saat pagi kami datang ke lokasi ini, tahu-tahu saking asyiknya hari sudah sore aja," kata Imuh lagi seraya disambut senyum simpul kawan-kawannya yang berada di lokasi tersebut.
"Oleh karena itu memancing saat bulan puasa ini sangat cocok bagi kami yang tidak memiliki pekerjaan tetap ini, untuk membunuh waktu,"tuturnya.
Menurut mereka hasil memancing hanya untuk keperluan rumah tangga mereka saja, dan tidak diperjual-belikan, walau kadangkala hasil yang diperoleh memelbihi kebutuhan, karenanya sebagian diawetkan.
"Lumayan pak dapat ikan, ketimbang harus beli, lebih baik memancing, apalagi selama Ramadan ini kami tak ada kerjaan, ketimbang nganggur lebih baik pancing,"tutur Imuh lagi.
Memancing di saat Ramadan, agaknya bukan hanya dilakukan pemuda pengangguran itu saja, tetapi hampir oleh banyak orang, seperti pekerja saat pulang kerja, atau PNS di saat hari libur Sabtu dan Minggu.
Hasil pemantauan penulis, warga yang memancing mudah terlihat di sepanjang Jalan A Yani antara Kota Banjarmasin arah ke Bandara Syamsudin Noor karena di sisi kanan dan kiri jalan merupakan persawahan dimana banyak terdapat sungai-sungai kecil.
Selain itu juga bisa dilihat warga memancing ini di jalan trans Kalimantan antara Kota Banjarmasin arah ke Kuala Kapuas.
Para pemancing juga terlihat di beberapa lokasi sungai Barito, Sungai Martapura, dengan jenis ikan yang dipancing adalah ikan air sungai seperti kelabau, patin, puyau, baung, lawang, dan udang.
Namun berdasarkan keterangan, mereka yang hoby memancing itu ada yang memancing hingga berjarak puluhan dan ratusan kilometer dari tempat tinggal, seperti sampai ke Aluh-Aluh, Tabunganen, Handil Suruk, bahkan hingga ke Palingkau dan Dadahub Kalimantan Tengah.
Kian ramainya hoby mancing menyebabkan penjualan umpan dan peralatan pancing juga kian laku.
Menurut seorang pedagang umpan pancing di Pasar Kertak Hanyar kilometer 7 Banjarmasin, dagangannya kian laku pada bulan Ramadan ini karena permintaan akan umpan itu meningkat pula.
Ibu Hasnah, pedagang umpan tersebut menuturkan hampir pasti setiap hari daganganya habis terjual, karena begitu banyaknya warga yang ingin memancing di kawasan tersebut.
Kertak Hanyar merupakan kawasan desa yang berdekatan dengan kawasan persawahan dimana di lokasi tersebut terdapat banyak empang, danau, atau sungai-sungai kecil yang kesemuanya adalah habitat ikan.
Jenis ikan yang banyak hidup di kawasan tersebut, seperti ikan gabus, pepuyu, sepat, biawan, lele, sepat siam, patung, sanggiringan, lundu, kihung, saluang, puyau, baung, dan aneka ikan air tawar dan ikan rawa lainnya. Jenis ikan ini termasuk ikan yang mudah dipancing.
Hanya saja, lain ikan lain pula umpan pancing,makanya Ibu Hasnah menyediakan aneka umpan pancing bagi penghoby memancing tersebut, seperti anak lebah madu, anak lebah tabuan, anak lebah kerawai, anak semut merah, ulat bumbung, dan kodok kecil.
"Kalau umpan ikan gabus, kodok kecil atau anak lebah tabuan, umpan ikan pepuyu anak lebah kerawai atau ulat bumbung, umpan ikan sepat anak semut merah, ikan sanggiringan umpanya anak lebah madu" kata Ibu Hasnah.
Harga umpan yang diperjual belikan tersebut cukup bervariasi, tetapi jenis lebah kerawai lebih mahal, karena untuk satu keping ukuran kecil saja sudah Rp15 ribu, sementara anak lebah madu satu keping kecil
hanya Rp10 ribu.
Sementara anak lebah tabuan, karena semuanya berukuran besar bisa mencapai Rp30 ribu per keping.
Menurut Ibu Hasnah, ia setiap hari selalu berjualan umpan pancing di kawasan tersebut,sebab suplai umpan tersebut datang dari warga berbagai lokasi pedesaan yang setiap hari hanya mencari umpan-umpan pancing ini.
"Kebiasaan warga kota memancing ini ternyata memberikan lapangan pekerjaan baru bagi sebagian warga pedesaan dengan selalu mencari umpan pancing," kata Ibu Hasnah menuturkan.
Ibu Hasnah yang selain menjual umpan pancing juga menjual peralatan pancing lainnya, seperti tali nelon, mata kail, termasuk "tantaran" (batangan bambu kecil yang dikeringkan) sebagai batang pancing.
Mengenai tantaran pun menurut ibu beranah dua tersebut didatangkan oleh warga dari desa pula yang tentu memberikan lapangan pekerjaan pula bagi warga ini,karena satu batang tantaran bisa dijual antara Rp5 hingga Rp10 ribu per batang.
Untuk batang kail ini, memang sekarang sudah ada yang menggunakan lebih modern, seperti yang terbuat dari fiber glass, mika dan bahan alumunium.
Tetapi sebagian besar warga di Banjarmasin masih menyenangi batang pancing terbuat dari bambu ini, karena menurut keyakinan mereka batang bambu punya berkah dan ikan lebih suka memakan umpan pancing dari batang bambu ketimbang bahan modern lainnya.
Dengan banyaknya warga senang memancing ini memunculkan perdagangan alat memancing dimana-mana, seperti yang terlihat di Pasar Lima Banjarmasin, dari peralatan pancing tradisional hingga peralatan pancing semi modern dan modern.
Penjualan alat pancing itu juga terlihat di Pasar Lama, Kayu Tangi, Teluk Dalam, Pasar Antasari, Pasar Kuripan, dan sentranya di kertak Hanyar kilometer 7 Banjarmasin ini.
Memancing ternyata bukan sekedar hoby, tetapi memiliki manfaat lain bagi perekonomian masyarakat, setidaknya bagi sebagian warga sekitar Kota Banjarmasinini. /C
Memancing, Cara Pemuda Banjarmasin Bunuh Waktu Puasa
Sabtu, 28 Juli 2012 13:17 WIB

Memancing ikan disawah memang mengasyikan. (asmuni k)