Barabai, (Antaranews Kasel) - Sesuai dengan surat keputusan DPRD Kalimantan Selatan nomor 2 Tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 menetapkan bahwa tanggal 14 Agustus 1950 menjadi Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan dan tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah RIS No. 21 Tahun 1950 merupakan tanggal dibentuknya provinsi Kalimantan.
Tak lama lagi, tepat 68 tahun Kalsel yang memiliki semboyan "Wadja Sampai Kaputing" (Bahasa Banjar) yang artinya "Tetap bersemangat dan kuat seperti baja dari awal sampai akhir" akan diperingati di seluruh penjuru Kabupaten/Kota dengan memasang spanduk atau acara ceremonial Pemerintahan dengan lambang Provinsi Kalsel yang berbentuk perisai.
Seluruh masyarakat Kalsel larut dalam eforia menyambut hari bersejerah itu, tetapi ironisnya, apakah kita mengetahui siapa sosok dibalik pencipta lambang Provinsi Kalsel tersebut yang selama ini melekat di bahu sebelah kiri para PNS dan pejabat Pemprov.
Sejarah seakan terhapus ditelan perkembangan jaman, karena tidak ada satupun referensi yang bisa didapatkan melalui buku maupun media sosial atau internet yang membahas tentang siapa pencipta lambang Provinsi Kasel.
Pencipta sekaligus pelukis lambang itu adalah bernama Riduan Anwar, yang merupakan putera asli Kota Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Menurut pengakuan anak ke tujuh Riduan Anwar yang masih hidup yaitu M Ikhwansyah (51), saat ditemui di kediamannya di Jalan Ir P.H.M Noor Komplek Garuda Kecamatan Barabai, Senin (6/8) menceritakan, pada Tahun 1963 ayahnya merupakan pemenang lomba cipta lambang Provinsi Kalsel.
Saat itu ayahnya memang terkenal sebagai pelukis yang handal dan merupakan salah satu Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Penerangan.
"Menurut cerita ayah, Dia berhasil mengalahkan puluhan pelukis dari berbagai daerah dengan memadukan sketsa berbentuk perisai yang di dalamnya terdapat lukisan bintang, rumah, intan, padi, pohon karet dan pita putih," kata Sekretaris Dewan Kesenian Daerah HST yang biasa dipanggil Iwan itu.
Bentuk penghargaan yang diberikan oleh Gubernur saat itu adalah sebuah piagam dan Radio Transistor. Walaupun tidak terlalu besar hadiahnya namun menurut Iwan, ayahnya sangat terhormat dan bahagia karena hasil karyanya bisa dipakai hingga sekarang.
"Piagam itu masih kami simpan di rumah dan juga merupakan kebanggaan keluarga kami anak-anaknya yang masih hidup sebagai prestasi seorang ayah yang memiliki bakat luar biasa sebagai pelukis hingga menurun kepada kami," katanya.
Riduan Anwar lahir pada tanggal 26 September 1923 dan telah meninggal pada tanggal 5 Januari 1986 dan kuburannya bertempat di pemakaman umum Keramat Manjang barabai.
Bakat melukis tersebut ternyata menular kepada salah satu kakanya Iwan yaitu Almarhum M Ifansyah (46) yang juga menjadi Maestro lukis Realis Indonesia yang terkenal hingga manca negara.
Ikhwansyah berharap kepada generasi muda agar mengetahui sejarah dan jangan hanya tahu lambangnya saja tapi mengetahui juga siapa penciptanya, sehingga bisa memotivasi untuk selalu berkarya untuk banua dan memberikan yang terbaik untuk bangsa.
Harapannya juga pemerintah Provinsi maupun Pemda harus lebih memperhatikan terhadap orang-orang yang berjasa, karena menurutnya alangkah baiknya momentum peringatan Hari Ulang tahun Provinsi, maupun peringatan HUT kabupaten, anak-anak beliau juga turut diundang dalam peringatan tersebut
"Dulu setiap hari jadi kabupaten HST, Riduan Anwar dan keluarga selalu diundang, dan hal itu berakhir dimasa kepemimpinan Bupati Syarkawi, setelahnya tidak pernah ada lagi," ujarnya.