Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) HSU, Karmila Sari di Amuntai, Rabu memprediksi, tren peningkatan penderita Penyakit Tidak Menular (TPM) di daerahnya diperkirakan akan cukup tinggi pada 2017.
Hal tersebut terjadi, karena adanya perubahan gaya hidup masyarakat dan pola makan yang tidak memperhatikan pedoman pola makan yang sehat.
Perubahan tersebut, tambah dia, diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit tidak menular yang menjadi tren saat ini.
Misalnya, jumlah kasus baru hipertensi sebanyak 5.329 orang dan penderita baru diabetes melitus sebanyak 1.428 orang.
Penderita penyakit ashma di Kabupaten HSU juga terbilang cukup tinggi, berdasarkan data pemeriksaan di Posbindu yang mencapai 1.938 orang di 2016 bertambah sebanyak 670 orang di 2017.
Mengantisipasi hal itu, tambah dia, kini pihaknya melakukan upaya deteksi dini masyarakat, khususnya daerah-daerah terpencil yang berisiko terserang penyakit tidak menular untuk dilakukan pemeriksaan rutin.
Menurut Karmila, upaya tersebut dilakukan melalui program skrining faktor resiko PTM (Posbindu) di semua kecamatan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko PTM terintegrasi seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit paru obstruktif akut dan kanker.
Selain itu, juga gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu.
Posbindu PTM adalah bentuk peran serta masyarakat (kelompok masyarakat, organisasi, industri, kampus, instansi, sekolah dll) dalam upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan pengendalian dini keberadaan faktor resiko penyakit tidak menular secara terpadu.
Hasilnya, tambah dia, Dinkes menemukan data, penderita penyakit tidak menular di HSU cukup tinggi.
"Saya tidak mengatakan bahwa jumlah penderita penyakit tidak menular meningkat setiap tahun, tapi karena bertambahnya kegiatan Posbindu maka semakin banyak pasien memeriksakan diri yang terdeteksi menderita penyakit tidak menular ini," kata Karmila.
Meningkat
Dia mengatakan, saat ini jumlah Posbindu meningkat dibanding dua tahun sebelumnya. Kegiatan Posbindu di 2015 sebanyak 13 pos, di 2016 sebanyak 26 pos dan 2017 sebanyak 44 pos.
Seiring bertambahnya kegiatan Posbindu, penderita PTM yang memeriksakan diri juga terdeteksi meningkat seperti penderita diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner dan lainnya.
Peningkatan Penderita PTM terjadi khususnya pada 2016 seperti penderita hipertensi dari 423 orang yang memeriksakan diri di Posbindu pada 2015 membengkak menjadi 16.155 orang pada 2016.
Demikian pula penderita diabetes melitus, meningkat tajam dari sebanyak 828 orang di 2015 menjadi sebanyak 3831 orang di 2016.
Penyakit jantung koroner juga meningkat, dari 99 orang yang terdeteksi saat memeriksakan diri di Posbindu pada 2015 menjadi sebanyak 289 orang di 2016.
Jumlah penderita hipertensi dan diabetes melitus, lebih banyak diderita kaum perempuan dibanding laki-laki berdasarkan data pasien di Posbindu.
"Saat ini kegiatan Posbindu masih ditangani oleh petugas kesehatan dari Puskesmas yang semestinya bisa dilakukan oleh para kadder, karena masih kurangnya kemampuan kader akibat belum mendapat pelatihan," terang Karmila.
Pemeriksaan risiko PTM melalui Posbindu ini, lanjut dia, tidak dipungut bayaran alias gratis, kecuali pemeriksaan melalui Puskesmas, akan dikenakan biaya bagi yang tidak memiliki kartu jaminan kesehatan.
Cek kesehatan guna mendeteksi risiko PTM ini, kata Karmila minimal harus dilakukan sekali dalam enam bulan, guna mengetahui lebih awal risiko PTM untuk pengobatannya.
Pelaksana tugas Kepala Dinkes HSU Agus Fidliansyah saat Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-53 di Halaman Kantor Pemda HSU mengatakan adanya program PTM ini diharapkan bisa semakin pendekatan akses pelayanan PTM.
"Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terdepan melalui revitalisasi puskesmas diharapkan juga mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan PTM secara komprehensip mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif," katanya.