Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kotabaru Kalimantan Selatan H Talib, menyatakan Kotabaru kehilangan ikan rata-rata sekitar 1.000 ton per bulan.
"Ikan-ikan tersebut ditangkap oleh nelayan luar daerah dan dijual keluar Kabupaten Kotabaru, sehingga daerah pemilik perairan tidak mendapatkan kontribusi apa-apa dari para nelayan," kata Talib, Jumat.
Dia mengungkapkan, rata-rata sekitar 150 buah kapal porsesine yang dilengkapi alat tangkap modern berlabuh di perairan Pulau Sembilan Kotabaru dan sekitarnya untuk membeli bahan makanan.
Selain membeli perbekalan konsumsi, sebagian nelayan juga membeli bahan bakar atau air minum.
Kapal tangkap berukuran besar asal Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut diperkirakan setiap berlayar mampu memperoleh sedikitnya 10 ton ikan per bulan.
"Namun sayang, ikan-ikan yang sudah ditangkap tidak dijual di pasar ikan di Kotabaru, padahal ikan tersebut ditangkap di perairan Kotabaru," ujar Talib.
Seharusnya, ujar dia, nelayan menjual sebagian besar hasil tangkapannya di pasar Kotabaru, mengingat mereka menangkap ikannya di Kotabaru.
"Terlebih saat ini Pemkab Kotabaru sudah menyediakan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang cukup refresentatif," terangnya.
Tujuannya dibangun PPI tersebut untuk melayani para nelayan luar daerah dan nelayan lokal yang telah menangkap ikan di perairan Kotabaru.
"Agar hasil tangkapan ikan harganya bisa lebih baik dari sebelum dibangun PPI," imbuhnya.
Selain itu Pemkab Kotabaru akan bisa memantau sejauh mana produksi ikan tangkap, dan pemerintah bisa memperoleh retribusi dari sektor perikanan sebagai penerimaan asli daerah.
Untuk mengurangi hilangnya ikan di perairan Kotabaru tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan berencana berkoordinasi dengan nelayan asal Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Selain itu menjalin kerja sama dengan TNI Angkatan Laut untuk pengamanan dan pengawasan di Kapangan./C/D