Banjarmasin (ANTARA) - Bank Kalsel berhasil membukukan laba konsolidasi sebesar Rp261,55 miliar, atau tumbuh 15,36% secara tahunan, dan menunjukkan Kinerja Bank Kalsel tetap stabil dan terkendali sepanjang Kuartal II 2025, meskipun dinamika ekonomi global dan nasional tengah lesu dan mengalami perlambatan.
Pada keterangan tertulis yang diterima di Banjarmasin, Kamis, Per Juni 2025, Bank Kalsel juga mencatatkan pertumbuhan aset sebesar Rp29,26 triliun, meningkat 17,87% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY).
Baca juga: Gubernur lantik Dewan komisaris baru Bank Kalsel
Bank Kalsel tetap menunjukkan kinerja yang stabil dan terkendali sepanjang Kuartal II 2025, di tengah dinamika ekonomi global dan nasional, termasuk penyesuaian suku bunga acuan, ekonomi nasional yang lesu, perlambatan pertumbuhan kredit perbankan nasional, serta meningkatnya kehati-hatian dalam penyaluran kredit.
Peningkatan aset tersebut turut ditopang oleh tumbuhnya Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp22,05 triliun, tumbuh 18,04% YoY. Hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat yang tetap tinggi terhadap layanan perbankan Bank Kalsel, di tengah dinamika pasar yang terus berubah.
Direktur Utama Bank Kalsel, Fachrudin, menyampaikan bahwa kinerja positif pada Kuartal II ini menjadi bagian dari upaya Bank Kalsel dalam menjaga keberlanjutan bisnis secara hati-hati dan bertanggung jawab.
“Kami bersyukur dapat melalui paruh pertama tahun ini dengan tetap menjaga kestabilan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat. Di tengah tantangan eksternal dan perlambatan beberapa sektor, fokus kami tetap pada penguatan fundamental yakni kredit yang berkualitas, efisiensi operasional, dan peningkatan kualitas layanan,” ungkapnya.
Meskipun demikian, dari sisi pembiayaan, total penyaluran kredit dan pembiayaan Bank Kalsel tercatat sebesar Rp14,32 triliun pada Kuartal II 2025. Angka ini mengalami penurunan tipis sebesar 0,49% secara tahunan.
Fachrudin menjelaskan bahwa penurunan ini merupakan hasil dari penyesuaian internal yang dilakukan Bank Kalsel dalam rangka menjaga kualitas portofolio kredit.
Hal itu sejalan dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam menghadapi dinamika ekonomi dan potensi risiko pembiayaan di beberapa sektor.
Kebijakan itu juga mencerminkan sikap proaktif bank dalam mengantisipasi potensi perlambatan ekonomi yang mungkin terjadi.
Bank Kalsel juga berhasil menjaga rasio-rasio keuangan utamanya agar tetap berada dalam batas sehat dan terkendali. Beberapa rasio kunci yang dilaporkan pada Kuartal II 2025 antara lain:
Baca juga: Bank Kalsel Serahkan CSR Pembangunan Spot Pasar Terapung di TMII
• Return on Assets (ROA): 1,85%. Rasio ini menunjukkan efisiensi bank dalam menghasilkan laba dari aset yang dimilikinya.
• Net Interest Margin (NIM): 5,30%. NIM yang sehat mencerminkan kemampuan bank dalam mengelola selisih antara pendapatan bunga dan biaya bunga.
• Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO): 80,34%. Rasio BOPO yang berada di bawah 100% menunjukkan bahwa bank mampu mengelola biaya operasionalnya secara efisien.
• Non-Performing Loan (NPL) gross: 3,56%. Tingkat NPL yang terkendali menunjukkan kualitas kredit yang baik dan risiko kredit yang terkelola. OJK sendiri menargetkan NPL gross berada di bawah 5%.
• Loan to Deposit Ratio (LDR): 64,97%. Rasio LDR yang sehat menunjukkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana yang dihimpun dari masyarakat menjadi kredit.
• Fee Based Income: 22,50%. Kontribusi pendapatan non-bunga ini menunjukkan diversifikasi sumber pendapatan bank.
• Current Account Saving Account (CASA): 66,72%. Proporsi dana murah (tabungan dan giro) yang tinggi merupakan indikator positif bagi likuiditas dan efisiensi biaya dana bank.
Kinerja Bank Kalsel yang stabil dan terus bertumbuh ini, menunjukkan bahwa Bank Kalsel tetap mampu menjaga kinerjanya di tengah kondisi yang menantang.
“Kami tidak hanya fokus pada pertumbuhan semata, tetapi juga menjaga keseimbangan antara risiko dan peluang. Kuartal III ke depan, kami akan terus memperkuat fungsi intermediasi, mendorong inovasi layanan, serta memperluas dukungan pembiayaan khususnya bagi sektor-sektor produktif di daerah,” pungkas Fachrudin.
