Banjarmasin (ANTARA) - Tuan Guru Haji Abdul Syukur Al Hamidy dalam tausiyahnya di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) sesudah Shalat Subuh Ahad mengingatkan kaum Muslim, bahwa ganasnya nafsu karena ketamakan.
Tuan Guru Abd Syukur mengingatkan atau mengemukakan itu dalam kajian tentang nafsu yang selalu ada pada setiap manusia dengan topik "Wahai Tuhan ku, keluarkan aku dari kehinaan nafsu ku" sebagai lanjutan pekan pertama bulan lalu.
Pasalnya, menurut keluaran pasantren "Darul 'Ulm" Kandangan (135 km utara Banjarmasin) ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Kalsel itu, nafsu bisa membuat seseorang menjadi hina manakala tidak bisa mengendalikan atau kalau mengikuti keserakahan nafsu tersebut.
Tuan Guru kelahiran "Kota Dodol" Kandangan awal tahun 1950-an itu mengatakan, bahwa untuk bisa dalam pengendalian nafsu antara lain harus membersihkan diri dari keragu-raguan. "Terutama keragu-raguan terhadap takdir Allah SWT," katanya.
Tuan Guru yang pernah kuliah pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN kink berubah jadi Universitas Islam Negeri/UIN) Antasari Banjarmasin menerangkan, bahwa keragu-raguan ada tiga kategori yaitu "ragu-ragu sak" 75 persen hati tidak bisa menerima, serta 75 bisa menerima dan "fitty-fifty" (50 persen : 50 persen).
"Sementara kalau kita lewan Resimen Induk Kodam (Rindam) di Landasan Ulin Banjarbaru ada tulisan; 'kalau ragu-ragu kembali' hal tersebut harus dimaknai secara benar," katanya sambil berseloroh.
Ia menambahkan, bahwa ragu-ragu dan syirik (tidak meyakini takdir Allah) merupakan penyebab dari tamak atau ketamakan seseorang. Sementara sumber ragu-ragu itu karena sempitnya hati.
"Sedangkan tamak dan ingin untung bisa hilangkan iman dan taufik seseorang," ujar mantan Anggota DPRD Kalsel tersebut sembari menceritakan Imam Hambali (salah satu dari Mazhab yang empat tersyuhur) tahan tidak makan 93 hari karena tugas da'wah.
Terkait masalah nafsu dan tamak tersebut, Tuan Guru yang masih bisa mengemudikan mobil sendiri walau sudah sepuh itu memberi ilustrasi seorang perempuan tua di Kota Dodol Kandangan tempo dulu atau tahun 1960-an.

Diceritakan, perempuan tua tersebut tiap hari mangkal di terminal, tapi sebenarnya mencari "hundayang" (pelepah nyiur) yang jatuh dan terpakai, dia bikin sapu lidi saat duduk di terminal, kemudian beliau jajakan ke pasar.
"Sifat dan sikap perempuan tua tersebut dapat kita petik hikmah dalam konteks pengendalian nafsu serta ketamakan," ujar Tuan Guru Abd. Syukur.
Ilustrasi lain, Tuan Guru tersebut mengungkap seseorang dari Jawa Barat (Jabar) pembersih masjid atau tempat ibadah kaum Muslim tanpa harapkan imbalan yang viral atas undangan Kerajaan Arab Saudi pada musim haji tahun 1446 Hijriah (tahun ini).
"Berdasarkan pengakuan orang yang mendapat undangan Kerajaan Arab Saudi itu, dirinya tidak pernah bercita-cita naik haji) (menunaikan rukun Islam kelima) karena ketidakmampuannya. Tapi Allah mentakdirkan yang bersangkutan pergi melaksanakan ibadah haji," demikian H Abd Syukur Al Hamidy.