Tanjung (ANTARA) - Muhammad Ridan (18) seperti "kehabisan" kesedihan dan air mata.
Di belakangnya, dua orang mahasiswi tampak sesenggukan tak mampu menyembunyikan keharuan. Seolah kegetiran hidup Muhammad Ridan ditimpakan kepada diri sendiri.
Baca juga: Adaro bagikan beasiswa S1 sejak 2016
Kisah Ridan sapaan akrab mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Kalimantan Selatan mampu menghipnotis ratusan audiens yang memenuhi Gedung General Building Lecture Theatre ULM, Senin (9/9).
Upayanya untuk sampai ke titik menjadi mahasiswa ULM tahun ajaran 2024 teramat terjal saat ayah dan ibunya berpisah.
Ketika Ridan naik kelas dua Madrasah Aliyah (SLTA), ia kehilangan kontak dengan sang ibu dan ayahnya menyerah untuk mendukung remaja asal Kabupaten Balangan ini untuk
menamatkan sekolahnya.
Agar sekolahnya berlanjut ia harus membagi fokus, selain belajar juga mencari duit sebagai buruh lepas di pencucian motor.
Menjadi mahasiswa dan bisa kuliah di ULM menjadi angan-angannya dan pernah mencoba merangkai semua impian tetapi berantakan di tangan ayahnya.
Baca juga: Adaro kucurkan Rp11,26 miliar beasiswa 100 mahasiswa ULM pada 2024
“Cari kerja saja agar dapat uang. Kamu tak perlu mengkhayal untuk kuliah sebagaimana teman-teman lainnya,” ujar ayahnya.
Sambil tetap menjalani keseharian sebagai buruh pencuci motor, Ridan nekad turut mendaftar kuliah ke ULM pada tahun ajaran baru secara online.
Tuhan mementahkan saran ayah dan tetangganya dengan menyediakan kesempatan yang terbuka lebar.
Saat keadaan tak memiliki apapun, orang tua sahabatnya yang tinggal di desa berbeda menawarkan bantuan untuk membayar biaya UKT.
ULM menetapkan UKT paling minimal kepada Ridan, yakni Rp1 juta per semester, dengan uang itu Ridan resmi tercatat sebagai mahasiswa ULM.
“Orang tua sahabat saya itu sangat baik. Bahasanya memberi pinjaman, padahal belakangan dirinya dilarang mengembalikannya,” jelasnya.
Baca juga: Ratusan mahasiswa ULM terima beasiswa IBFL dari Adaro Nyalakan Ilmu
Ikut Program IBFL
Memulai kuliah perdana Ridan menyambut dengan keprihatinan karena hanya bermodalkan uang Rp50 ribu yang sebagian untuk membelikan BBM motor teman yang ditumpanginya.
Beruntung, Ridan dapat tumpangan kediaman di Banjarmasin milik orang Balangan juga.
Untuk menunjang kebutuhan kuliah Ridan memutuskan sambil bekerja di kedai kopi. Jika perkuliahan pagi sampai siang, maka sore hingga malam dihabiskannya melayani pelanggan.
Hingga akhirnya dia dapat telpon dari akademik tawaran beasiswa program Indonesian Bright Future Leader (IBFL) Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN).
“Setelah mengikuti rangkaian tes saya dinyatakan lulus. Jadi untuk semester kedua hingga akhir semua dibayar oleh Adaro," ungkap Ridan.
Baca juga: Adaro bekali para penerima beasiswa utusan daerah
Tidak hanya uang UKT termasuk kebutuhan primer, pembinaan dan pengembangan, jurnal serta skripsi,” jelas Ridan dengan bergairah.
Remaja kelahiran Barabai namun tinggal di Sungai Ketapi, Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan tersebut menyebut jalan hidupnya dipenuhi banyak kesulitan tetapi saat ini mendapatkan banyak hikmah.
ia terpilih sebagai salah satu penerima beasiswa IBFL Adaro yang menjadi jawaban dari Tuhan atas doanya.
“Ya Tuhan, kuatkan hati dan batin ku. Tolong hamba dari gunjingan orang yang melumpuhkan. Jauhkan dari rasa iri hati melihat kerukunan anak-anak lainnya dengan kedua orang tuanya. Puaskan hati hamba jika melihat apa yang orang lain miliki walau hanya sekadar memandang.”
Begitulah doa Muhammad Ridan ketekunannya untuk bisa kuliah walau keadaan keluarga yang tercerai berai tidak menutup Rahmat Tuhan untuk digenggam.
Ridan betul betul nekat namun kenekatan itulah yang mendatangkan hikmah dan nikmat, tuah hidup yang menuntun pada jalan yang selamat.
Baca juga: Jejak "pendekar" perempuan Zulfa Fauziah dari Balangan