Banjarmasin (ANTARA) - Ustadz Haji Walad Haderawi mengingatkan kaum Muslim agar jangan keburu bangga sebelum mendapatkan hasil atau buahnya, dalam tausiyahnya di Masjid Al Falah Komplek Bumi Pemurus Permai Banjarmasin Selatan, sesudah Shalat Subuh Senin.
"Kebanyakan orang bangga duluan ketika melihat keadaan awal, padahal belum hasilnya kelak,. karena masih sedang berproses," ujar Ustadz Walad dalam kajian "Kalam Hikmah" Ibnu Athaillah Askandari.
Syekh Ibnu Atha'illah atau Syekh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari seorang tokoh "Tarekat Syadziliyah" salah satu tarekat sufi terkemuka di dunia dan di Indonesia, kelahiran Aleksandaria Mesir Tahun 1260 M dan meninggal dunia di Kairo Mesir Tahun 1309 M.
Ustadz yang pernah mondok di " Darul Musthafa" Hadramaut Yaman dan bergelar Sarjana Hukum Islam (SHI) itu memberi contoh petani bangga ketika melihat tanaman padinya menghijau atau tumbuh dengan subur.
"Sementara menunggu hasil akhir tanaman padi tersebut masih sedang dalam proses. Mungkin ketika mau menampakan bunga terserang penyakit atau hama sehingga gagal panen atau membuahkan hasil tidak maksimal sebagaimana harapan," ujar Ustadz Walad.
Contoh lain, lanjut putra dari Tuan Guru Haji Haderawi, seorang ulama Kalimantan Selatan (Kalsel) terkenal khususnya Kota Banjarmasin, seorang tua yang bangga dengan keberhasilan anaknya sebagai juara Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) ketika masih anak-anak dan remaja.
"Tetapi karena kurangnya perhatian atau terlena dengan kebanggaan, ketika si anak tersebut sudah tua tidak dihiraukan orang lagi, kejuaraan pun memudar," demikian Ustadz Walad.
Ustadz Walad banyak memberi contoh atau ilustrasi terkait kebanggaan sejak dini tanpa memperhatikan pembinaan sehingga akhirnya membuahkan hasil yang tidak memuaskan atau bangga berkelanjutan.