Meidyatama Suryodiningrat, dari jurnalis ke juru diplomasi di Rumania
Oleh Desca Lidya Natalia Senin, 26 Juni 2023 17:13 WIB
Pak Jokowi tampaknya menginginkan sesuatu yang mengarah ke depan
Ia telah bergabung dengan Jakarta Post sejak 1993 dan menekuni karier di bidang jurnalistik hingga menjadi pemred harian berbahasa Inggris itu. Pria kelahiran Jakarta 12 Desember 1967 tersebut juga pernah menjalani karier sebagai analis sebuah firma konsultan strategis di Jakarta yang berhubungan dengan pemerintah dan kemasyarakatan.
Dimas mendapatkan gelar sarjana jurusan Ilmu Politik dan Sejarah dari Carleton University di Ottawa, Universitas Harvard, serta pascasarjana di Universitas Dalhousie.
Lebih dari 20 tahun berkarier di jurnalistik, Dimas memang aktif menulis terutama berkaitan dengan isu-isu sosial politik dan kebijakan luar negeri.
Ia diketahui menjadi kontributor bagi sejumlah jurnal, termasuk "ASEAN at the Crossroads of Regionalism", in Emerging China – Prospects for Partnership in Asia, Routledge, 2012 (expected publication date); "ASEAN Regional Forum 2011: China and the United States" in Asia Pacific Bulletin, No. 127, Aug. 4. 2011; "US Rapprochement with Indonesia: From Problem State to Partner" in Contemporary Southeast Asia, Vol. 32, No. 3, Dec. 2010; The Voice of Reason, Kompas-Gramedia Group, 2008; dan "Flirting with Democracy: Will Indonesia Go Forward or Back?", Asia Special Report, Woodrow Wilson International Centre for Scholars, 2004.
Baca juga: Info Haji - Menag harap kerja sama bidang haji dengan Saudi semakin ditingkatkan
Saat menjadi Pemred The Jakarta Post, harian itu dengan terang-terangan menyebut mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pemilu Presiden 2014. Hal itu bisa dilihat dalam editorialnya yang berjudul “Endorsing Jokowi”.
Pada Desember 2015, Presiden Joko Widodo lalu memanggil Dimas untuk memperbaiki kinerja Antara.
"Pak Jokowi tampaknya menginginkan sesuatu yang mengarah ke depan. Biarpun ini lembaga pemberitaan resmi pemerintah, ia mengatakan, 'Saya tak minta didukung, saya hanya ingin Antara menjalankan fungsinya untuk mengabarkan pemerintah'," kata Dimas, menirukan perkataan Presiden Jokowi.
Indonesia - Rumania
Menurut laman kemlu.go.id, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Rumania diawali dengan pengakuan Rumania atas kemerdekaan Republik Indonesia pada 20 Februari 1950. Pada 13 Maret 1960, Kedutaan besar RI di Bucharest dibuka, dan pada April 1961 Duta Besar RI pertama untuk Rumania, Soekrisno, tiba di Bucharest untuk menjalankan tugasnya.
Presiden pertama RI, Soekarno pada 11 – 14 April 1960 pernah melakukan kunjungan kenegaraan perdana ke Romania. Pada kunjungan tersebut, Presiden Soekarno dan Kepala Negara Rumania saat itu Ghoerge Maurer, menandatangani sebuah pernyataan bersama tentang hubungan bilateral kedua negara. Pada kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri kedua negara, Subandrio dan Avram Bunaciu menandatangani perjanjian bilateral tentang kerja sama kebudayaan dan menjadi dasar bagi pengembangan kerja sama bilateral kedua negara.
Artinya Indonesia dan Rumania sudah memiliki hubungan selama 71 tahun di bidang politik, ekonomi hingga sosial dan budaya.
Presiden Megawati Soekarnoputri ke Romania, April 2003, yang disusul setahun kemudian oleh kunjungan balasan Presiden Ion Iliescu ke Indonesia, Februari 2004.
Rumania dapat dianggap sebagai hub besar dan pasar potensial untuk produk Indonesia karena negara ini diberkati dengan populasi lebih dari 19 juta orang, posisinya yang strategis di dekat Laut Hitam (Marea Neagra), serta pertumbuhan ekonominya yang positif dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, Pelabuhan Constanta yang terletak di dekat Laut Hitam dapat menjadi pintu masuk yang strategis bagi produk-produk Indonesia.
Dimas mendapatkan gelar sarjana jurusan Ilmu Politik dan Sejarah dari Carleton University di Ottawa, Universitas Harvard, serta pascasarjana di Universitas Dalhousie.
Lebih dari 20 tahun berkarier di jurnalistik, Dimas memang aktif menulis terutama berkaitan dengan isu-isu sosial politik dan kebijakan luar negeri.
Ia diketahui menjadi kontributor bagi sejumlah jurnal, termasuk "ASEAN at the Crossroads of Regionalism", in Emerging China – Prospects for Partnership in Asia, Routledge, 2012 (expected publication date); "ASEAN Regional Forum 2011: China and the United States" in Asia Pacific Bulletin, No. 127, Aug. 4. 2011; "US Rapprochement with Indonesia: From Problem State to Partner" in Contemporary Southeast Asia, Vol. 32, No. 3, Dec. 2010; The Voice of Reason, Kompas-Gramedia Group, 2008; dan "Flirting with Democracy: Will Indonesia Go Forward or Back?", Asia Special Report, Woodrow Wilson International Centre for Scholars, 2004.
Baca juga: Info Haji - Menag harap kerja sama bidang haji dengan Saudi semakin ditingkatkan
Saat menjadi Pemred The Jakarta Post, harian itu dengan terang-terangan menyebut mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pemilu Presiden 2014. Hal itu bisa dilihat dalam editorialnya yang berjudul “Endorsing Jokowi”.
Pada Desember 2015, Presiden Joko Widodo lalu memanggil Dimas untuk memperbaiki kinerja Antara.
"Pak Jokowi tampaknya menginginkan sesuatu yang mengarah ke depan. Biarpun ini lembaga pemberitaan resmi pemerintah, ia mengatakan, 'Saya tak minta didukung, saya hanya ingin Antara menjalankan fungsinya untuk mengabarkan pemerintah'," kata Dimas, menirukan perkataan Presiden Jokowi.
Indonesia - Rumania
Menurut laman kemlu.go.id, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Rumania diawali dengan pengakuan Rumania atas kemerdekaan Republik Indonesia pada 20 Februari 1950. Pada 13 Maret 1960, Kedutaan besar RI di Bucharest dibuka, dan pada April 1961 Duta Besar RI pertama untuk Rumania, Soekrisno, tiba di Bucharest untuk menjalankan tugasnya.
Presiden pertama RI, Soekarno pada 11 – 14 April 1960 pernah melakukan kunjungan kenegaraan perdana ke Romania. Pada kunjungan tersebut, Presiden Soekarno dan Kepala Negara Rumania saat itu Ghoerge Maurer, menandatangani sebuah pernyataan bersama tentang hubungan bilateral kedua negara. Pada kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri kedua negara, Subandrio dan Avram Bunaciu menandatangani perjanjian bilateral tentang kerja sama kebudayaan dan menjadi dasar bagi pengembangan kerja sama bilateral kedua negara.
Artinya Indonesia dan Rumania sudah memiliki hubungan selama 71 tahun di bidang politik, ekonomi hingga sosial dan budaya.
Presiden Megawati Soekarnoputri ke Romania, April 2003, yang disusul setahun kemudian oleh kunjungan balasan Presiden Ion Iliescu ke Indonesia, Februari 2004.
Rumania dapat dianggap sebagai hub besar dan pasar potensial untuk produk Indonesia karena negara ini diberkati dengan populasi lebih dari 19 juta orang, posisinya yang strategis di dekat Laut Hitam (Marea Neagra), serta pertumbuhan ekonominya yang positif dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, Pelabuhan Constanta yang terletak di dekat Laut Hitam dapat menjadi pintu masuk yang strategis bagi produk-produk Indonesia.