Sementara itu, Kepala BPS Kalsel, Martin Wibisono mengungkapkan desa tidak lagi dianggap sebagai obyek pembangunan, melainkan sebagai subjek dan ujung tombak pembangunan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat
Martin menambahkan saat ini di desa terdapat berbagai system aplikasi pendataan seperti, Prodeskel, SDGs Desa, SIK-NG, dan lainnya, akan tetapi kualitas dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di pemerintah desa dalam hal pengelolaan dan literasi data desa masih relatif rendah.
Oleh karena itu, Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai "leading sector" dalam pengembangan statistik memiliki peran penting dalam peningkatan pengelolaan, pemanfaatan dan literasi data di tingkat desa.
Baca juga: BKKBN bersinergi dengan DPRD, Pemprov, dan BI turunkan stunting di Kalsel
Martin menyampaikan, Program Desa Cantik yang dirancang oleh BPS secara umum bertujuan untuk meningkatkan literasi, kesadaran dan peran aktif perangkat desa/kelurahan dan masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan statistik, Standardisasi pengelolaan data statistik untuk menjaga kualitas dan perbandingan indikator statistik.
Selain itu, Optimalisasi penggunaan dan pemanfaatan data statistik sehingga program pembangunan di desa/kelurahan tepat sasaran.
Namun di tahun 2022, Program Desa Cantik, secara khusus bertujuan untuk, meningkatkan kapasitas desa/kelurahan dalam mengidentifikasi kebutuhan data dan potensi yang dimiliki desa dalam rangka mendukung pengentasan kemiskinan.
Pada tahun 2022, tercacat di Kalsel baru terbentuk 15 Desa Cantik BPS, melalui kolaborasi program dengan BKKBN ini, di harapkan dapat meningkatkan jumlah sebaran di 13 Kabupaten/Kota di Kalsel.
Baca juga: BKKBN gelar pelayanan KB serentak di kabupaten kota se-Kalsel
BKKBN dan BPS Kalsel MoU pengembangan Desa Cantik dan Rumah Data
Senin, 3 April 2023 20:02 WIB