Amuntai (ANTARA) - Produksi tanaman padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan diperkirakan akan menurun signifikan setelah petani gagal tanam dan panen di sejumlah wilayah akibat cuaca kemarau basah.
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Kecamatan Amuntai Utara, Fadillah di Amuntai, Kamis, mengatakan, petani di wilayahnya banyak yang tidak bisa tanam, bahkan lahan pertanian mereka tenggelam akibat banjir.
"Biasanya hasil ubinan rata-rata 4,5 kg yang berarti produktivitasnya 7,2 ton/ha, namun tahun ini kemungkinan rata-rata produktivitasnya hanya 6,72 / ton," ujar Fadillah.
Ia mengatakan, lahan yang panen baru sekitar 22 hektar, hanya lahan pertanian pada watun satu yang rata-rata produktivitasnya meningkat karena kondisi air sangat mencukupi.
Dikatakan, untuk Wilayah Amuntai Utara hanya produksi yang menurun, kegiatan ubinan pada pekan kemarin di lahan BP hasil panen sebanyak 5,7 kg dengan produktivitas mencapai 9.7 ton/ha
Fadillah memperkirakan penurunan produksi padi di wilayah lain seperti di Kecamatan Sungai Pandan dan Tabukan karena merupakan daerah bawah yang lebih rendah (watun dua dan tiga). Kemungkinan penurunan produksi padi akibat kondisi cuaca bisa lebih luas lagi.
"Lahan pertanian gagal panen yang cakupannya sangat luas kemungkinan ada serangan hama walang sangit atau penggerek batang, di samping faktor cuaca," kata PPL tersebut.
Kalau di wilayah Kecamatan Amuntai Utara, lanjut Fadillah, secara keseluruhan kemungkinan produktivitas masih meningkat karena yang bisa tanam tahun ini sebagian besar berada pada watun satu.
Dinas Pertanian Kabupaten HSU mengakui terjadinya gagal panen cukup tinggi tahun ini untuk produksi tanaman padi, palawija dan hortikultura
Kasubag Program dan Data Erna Yunita mengatakan, berdasarkan data sementara hingga September 2022 luas tanam pada 2022 menurun jauh di banding luas tanam di 2021, yakni hanya 7.377 hektare, padahal tahun sebelumnya bisa mencapai 20.000 ha.
Luas tanam berkurang karena sebagian besar lahan tertutup gulma berupa tanaman putri malu raksasa atau masyarakat setempat menyebutnya 'susupan gunung'
"Ditambah lagi kondisi musim kemarau basah membuat sebagian petani tidak bisa bertanam dan panen lebih sedikit," katanya.
Ia menambahkan, selain akibat cuaca berupa kemarau basah petani tidak bisa tanam dan sebagian juga gagal panen, juga faktor luas tanam yang menurun.
Dinas Pertanian HSU masih menunggu data produksi rata rata 2022 dari hasil ubinan yang belum dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sehingga masih menggunakan data sementara per September 2022.
Diinformasikan produksi palawija berupa kacang tanah dan jagung di Desa Pinangkara, Kecamatan Amuntai Tengah, juga mengalami menurun. Para petani tidak bisa menanam bibit akibat lahan tertutup air.
Produksi Palawija berupa jagung hanya 84 ton dengan produktivitas sebesar 38, 18 Ku/ha dengan luas tanam 42 ha dan luas panen 22 ha. Sedang produksi komoditas kacang tanah 11 ton dengan produktivitas sebesar 10.00 di lahan tanam seluas 21 ha sedangkan luas lahan panen 11 ha.
Produksi ubi kayu 52 ton dengan produktivitas 260.00 di lahan panen seluas dua hektare. Ubi jalar produksinya 628 ton dengan produktivitas 232 Ku/ha di lahan panen seluas 27 ha.
Dinas Pertanian masih optimis ketersediaan pangan beras masih mencukupi untuk masyarakat HSU di 2023 mendatang mengingat surplus di 2021.
"Kebanyakan petani padi kita juga tidak menjual produksi mereka, melainkan hanya dikonsumsi dan disemai menjadi bibit," katanya
Ketersediaan pangan padi ini, katanya juga dipasok kabupaten tetangga seperti Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) dan Hulu Sungai Selatan (HSS), karena berada di dataran tinggi/pegunungan sehingga tak terpengaruh kondisi cuaca yang terjadi saat ini.