Pengelola Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Deunge (P2 DBD) Sigit M Setiawan di Amuntai, Kamis, mengatakan seiring program satu jumantik satu rumah dari Kementerian Kesehatan, Dinkes HSU hanya memfokuskan penambahan petugas Jumantik pada kawasan tertentu karena keterbatasan tenaga dan anggaran.
"Nanti kita cari desa yang cocok untuk dijadikan desa percontohan program satu jumantik satu rumah ini, setidaknya RT percontohan, khususnya dikawasan endemis DBD," ujar Sigit.
Sigit mengatakan rendahnya kesadaran masyarakat kemungkinan yang melatarbelakangi Kementerian Kesehatan menelorkan kebijakan penambahan petugas jumantik.
Sigit mengakui, masalah sebenarnya dari kasus DBD yang terjadi setiap tahun bersumber dari rendahnya partisipasi masyarakat menerapkan aksi 3M plus.
"Kalau kegiatan fogging tidak efektif memberantas penularan DBD karena hanya membunuh nyamuk dewasa, sedang telor dan jentik nyamuk Aides Aigepty tetap berkembang, justru aksi 3M plus yang bisa menghentikan penularan DBD," terang Sigit.
Meski kasus DBD, lanjutnya berhasil ditekan pada 2016 ini namun kesadaran masyarakat dinilainya masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Kerjasama lintas sektoral dan pengaktifan Kelompok Kerja Nasional (pokijanal) DBD, katanya menjadi solusi untuk memberanntas penyakit DBD kedepan.
Hingga akhir Januari 2016 pasien DBD di Kabupaten HSU sebanyak 45 orang dan 1 pasien meninggal, jumlah ini menurun cukup drastis dibanding kasus tahun 2014-2015 yang mencapai 172 pasien DBD dan 5 pasien meninggal dunia.