Barabai (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) menggelar tradisi 'Batumpang Apam' di Masjid Al Munawwarah Desa Pajukungan, Kecamatan Barabai, Rabu (4/5).
Sebelumnya, prosesi acara tersebut dimulai dengan pawai oleh masyarakat Desa Pajukukang dengan berbagai atribut dipimpin oleh Pejabat Sekda HST Muhammad Yani didampingi oleh Plt Kepala Dinas Pendidikan Muhammad Anhar dan Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel Helda.
Mereka berjalan kaki dari kantor Desa Pajukungan menuju tempat acara diiringi dengan tabuhan gamelan tarbang dan lantunan sholawat dari grup kesenian Sinoman Hadrah.
Pj Sekda HST Muhammad Yani mengatakan sangat mengapresiasi dengan digelar nya acara Batumbang Apam itu yang merupakan tradisi turun temurun masyarakat di Desa pajukungan.
“Batumbang Apam ini merupakan tradisi yang harus kita jaga dan pertahankan yang bermakna sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah atas segala karunia yang selama ini kita peroleh," katanya.
Batumbang juga dimaknai dengan menaiki, karena dalam prosesi nya anak akan dibawa naik ke atas mimbar. "Harapannya semoga anak-anak kita kelak akan menjadi anak yang sholeh dan meraih kesuksesan baik itu di dunia maupun di akhirat," harapnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan Helda mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan upaya bersama dalam menjaga warisan budaya berupa tradisi yang ada di Kabupaten HST.
"Batumbang apam ini merupakan tradisi yang harus kita pertahankan, dan tahun ini tradisi ini turut juga kita usulkan agar terdaftar di Kemendikbud RI sebagai warisan budaya tak benda Kalimantan Selatan yang berasal dari Kabupaten HST," katanya.
Sementara itu, Pembakal Desa Pajukungan Suparyono dalam laporannya mengatakan bahwa peserta acara Batumbang Apam pada tahun ini lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya biasa diikuti sekitar 4-5 orang anak tapi kali ini diikuti oleh 55 orang anak.
"Pada prosesi Batumbang Apam, seluruh orang tua yang mengikutsertakan anaknya pada acara ini membawa kue apam. Ada yang diletakkan di atas nampan dan ada pula yang ditusukkan pada pelepah kelapa yaitu pada daun yang telah diserut hingga menyisakan bilah lidi," terangnya.
Tinggi pelepah kelapa itu diukur setinggi anak-anak yang bakal mengikuti prosesi Batumbang Apam.
"Lantaran membawa kue apam pada saat prosesi acara inilah mengapa tradisi ini biasa disebut dengan nama Batumbang Apam," kata Masruswian yang merupakan wakil Ketua Dewan Kesenian Kabupaten HST menambahkan.
Kemudian kue apam diletakkan di samping ketika anak itu dibawa, sambil terus membacakan doa, ayat-ayat Al-Quran hingga salawat dengan tujuan agar sang anak diharapkan selalu mendengarkan hal yang baik-baik saja. Sekaligus tentu mengenalkannya tentang agama Islam.
Prosesi selanjutnya diiringi gema sholawat dan dipandu oleh marbot, satu persatu anak-anak yang mengikuti acara Batumbang Apam ini menaiki undak-undakan mimbar dengan harapan semoga anak-anak ini memiliki akhlak yang terpuji dan menjadi orang yang sukses di kemudian hari.
Sesudah prosesi itu, dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh tokoh agama yang selain ditujukan untuk anak-anak yang mengikuti acara ini, doa juga ditujukan kepada keluarga dan seluruh masyarakat yang berhadir.
Baca juga: "Batumbang" di Mesjid Keramat
Baca juga: Tradisi Ba Arak Naga di Kabupaten HST, penganten dan penonton bisa kesurupan sambil menari*
Baca juga: Tradisi 'Batatarangan' sambut malam 21 ramadhan di HST