Amuntai (ANTARA) - Banyak jenis kuliner khas daerah di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan yang keberadaannya kini mulai sulit ditemukan salah satunya Pais Sagu.
Pais Sagu merupakan jenis kue tradisional berupa campuran adonan pisang dan sagu yang dibungkus daun pisang, biasanya dikonsumsi dengan diolesi gula aren dan parutan kelapa.
Ditengah maraknya aneka makanan modern, beberapa makanan tradisional khas Banjar semakin sulit ditemukan dipasaran. Perubahan gaya hidup manusia yang sekarang lebih memilih makanan instan, menjadikan para pembuat makanan tradisional beralih untuk membuat makanan-makanan modern sesuai tuntutan zaman.
"Padahal makanan tradisional merupakan salah satu ciri khas suatu daerah yang perlu dilestarikan," ujar pemerhati kuliner tradisonal di Kota Amuntai, Marissa, Jum'at (25/2/23).
Marissa menilai bukan mustahil suatu saat makanan tradisonal tinggal nama karena tidak ada pewarisan pengetahuan dan keterampilan kepada generasi muda ditambah lagi serbuan kuliner moderen lainnya.
Salah satu perajin kue tradisonal yang eksis di Kabupaten HSU adalah Mama Adas yang setiap harinya berjualan Pais Sagu di Desa Banjang Kecamatan Banjang sekitar tujuh kilometer dari Kota Amuntai Kabupaten HSU.
Mama Adaw tetap memilih berjualan kue tradisonal meski di sekitarnya bermunculan aneka usaha lain yang lebih menguntungkan. Wanita tua ini sudah menggeluti usaha berdagang Pais Sagu sejak 25 tahun lalu.
Ia mengakui para pembeli biasanya datang dari berbagai daerah, bahkan tidak sedikit pembeli yang berasal dari kabupaten tetangga seperti Kabupaten Balangan dan Tabalong yang rela datang ke warungnya hanya untuk memborong Pais Sagu.
"Selama masih banyak peminatnya, saya akan tetap berdagang kue tradisional ini, apalagi usaha turun temurun yang sudah berjalan puluhan tahun," kata Mama Adaw.
Selain pais sagu, ia juga menyediakan kue tradisional lainnya seperti Lupis, Apam dan Cincin Talipuk. Sehingga warung Mama Adaw identik dengan jajanan tradisonal khas Amuntai.
Praktisi tata boga yang juga pemilik Mariissa Chatering (MC) Organizer di Kota Amuntai Elisa Ramadani menilai pelestarian kue tradisional bisa dilakukan dengan memasukan mata mata pelajaran kue tradisional di sekolah.
"Saya tanya lulusan SMK jurusan tata boga di HSU ternyata tidak ada pelajaran mengenai kue tradisional," katanya.
Upaya lain, kata Elisa, melalui event /lomba membikin kue tradisonal yang secara rutin dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun swasta.
Pihak MC Organizer dalam setiap pelatihannya baik langsung maupun pelatihan online selalu menyisipkan menu kuliner daerah Banjar untuk dipelajari oleh peserta pelatihan.
"Minggu depan saya juga mengadakan private di lantai tiga toko saya menu kue Banjar seperti kue Ipau, Putri Selat, AmparanTatak, Lumpur Surga dan lainnya," katanya.
Melalui kerja sama dengan pemerintah desa dengan menggelar pelatihan tata boga maka MC Organizer turut berperan dalam melestarikan makanan dan kue tradisional khas Banjar.