Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua DPR, Rachmat Gobel, mengajak generasi milenial yang terjun menjadi pengusaha UMKM untuk membiasakan diri berperilaku tangan di atas, bukan tangan di bawah.
"Ini akan melatih kemandirian dan membentuk karakter kewirausahaan yang tangguh serta tahan banting," kata wakil ketua DPR Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan itu, melalui keterangan tertulis, Minggu, saat menjadi pembicara kunci pada peluncuran Muktamar Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis).
Dalam acara yang dilakukan secara hibrid itu, hadir pula Ketua Majelis Penasihat PP Persis, Prof KH Maman Abdurrahman, dan para mantan ketua umum Hima Persis yang kini berada di berbagai lembaga dan profesi.
Baca juga: Parlemen RI-Belarus sepakat dorong kerja sama ekonomi
Tema muktamar nanti adalah tentang kebangkitan ekonomi seiring optimisme dalam beradaptasi terhadap pandemi Covid-19. Pada kesempatan itu Ketua Umum Hima Persis, Iqbal Muhammad Dzilal, pun mengajak kader-kadernya untuk terjun menekuni bisnis.
Lebih lanjut Gobel mengatakan generasi muda milenial merupakan cahaya bagi negeri dan bagi masa depan bangsa untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi.
"Negeri ini sangat membutuhkan kontribusi kaum milenial, apalagi saat ini Indonesia dalam kondisi bonus demografi. Jadi, kaum muda memang kekuatan nyata dan dominan Indonesia saat ini,” kata dia.
Baca juga: Rachmat Gobel mengajak Mentan ke Gorontalo bahas pupuk
Mantan wakil ketua umum Kadin Indonesia itu mengatakan banyak sektor yang bisa dimasuki kalangan milenial dalam dunia usaha, di antaranya usaha herbal, kerajinan dan furnitur, pangan dan kuliner, dan fesyen termasuk batik, tenun, dan sulam.
Menurutnya, pasar herbal dunia mencapai Rp900 triliun, namun Indonesia baru berkontribusi satu persen saja. Padahal Indonesia sangat kaya tanaman herbal dan rempah-rempah, namun pasar herbal dunia dikuasai India dan China. Bahkan Korea yang hanya mengandalkan ginseng mampu berkontribusi lumayan besar.
"Indonesia memiliki banyak tanaman herbal seperti jahe, kunyit, dan lain-lain,” ujar dia.
Demikian pula dengan kekayaan fesyen Indonesia. “Indonesia memiliki batik, tenun, sulam, yang masing-masing daerah memiliki ragam tersendiri. Ini kekayaan yang tak dipunyai semua bangsa,” katanya. Pasar pangan halal dunia, katanya, juga sangat besar, sekitar tujuh triliun dolar AS.
"Berbisnislah dengan berkeringat, jangan mau yang instan dan jangan ingin cepat kaya. Semua harus dimulai dengan kerja keras,” ujar dia, seraya mengingatkan agar jangan mudah terbuai dengan tawaran usaha yang instan seperti forex atau pinjol.
"Dalam berusaha itu yang penting du-it," katanya yang disambut tawa hadirin. "Jangan salah tangkap. Maksudnya: do it (lakukan). Kerja keras. Bekerja. Berkeringat,” ujar dia.