Banjarmasin (ANTARA) - Merebaknya kasus virus corona awal tahun 2020 melanda belahan dunia tak terkecuali Kota Banjarmasin yang mengakibatkan pemerintah setempat mengambil kebijakan dengan istilah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kebijakan PSBB tersebut berdampak buruk hampir ke seluruh sektor kehidupan tak terkecuali pula sektor pariwisata, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwsata Kota Banjarmasin, Ikhsan Alhaque, saat perbincangan podcast belum lama ini..
Bagaimana tak terpuruk sektor pariwisata, semua masyarakat dilarang barpergian dan disarankan tinggal di rumah saja, akibatnya mana ada wisatawan datang ke kota yang dijuluki kota wisata sungai ini.
Dengan tak adanya wisatawan, praktis hotel dan penginapan tak ada kunjungan, dan waktu itu hampir 50 persen dari dua ratus lebih jumlah hotel penginapan terpaksa tutup sementara, karena biaya operasional tinggi pemasukan tidak ada.
Sementara separunya lagi tetap bertahan tetapi dengan mengambil kebijakan merumahkan sebagian karyawan guna mengurangi pengeluaran yang besar tersebut, kata pejabat yang berpostur tubuh tinggi ini.
Untuk mengurangi beban para hotel dan penginapan tersebut Pemkot setempat mengambil kebijakan memberikan subsidi bagi mereka pengelola hotel dan penginapan tentu dengan catatan jika mereka tetap memberikan kontribusi bagi pendapatan Pemkot.
Subsidi tunai itu antara lima juta hingga satu miliar rupiah, kata Ikhsan Alhaque pejabat yang lulusan ilmu politik Universitas Gajah Mada (UGM) Jogyakarta ini, disamping subsidi berupa barang seperti Alat Pelindung Diri (APD), sabun cuci tangan, masker dan lainnya untuk meringankan beban hotel dan penginapan itu.Sementara sektor kuliner saat pandemi seperti ini tentu juga ikut terdampak berat, tetapi oleh Disbudpar setempat dicarikan jalan keluar agar kuliner ini tetap bisa berproduksi dan laku.
Sebagai contoh saat Ramdahan tahun lalu, oleh Pemkot dibuatkan bazaar kuliner, semacam pasar wadai Ramadhan, tetapi tidak cara pembelian langsung seperti biasa melainkan melalui online dengan medsos Instagram.
Ternyata penjualan online tersebut lebih menguntungkan jika dibandingkan sebelum pandemi, ada 145 pedagang dan ratusan jenis makanan diperjualbelikan secara virtual itu, namun sebagian besar kuliner lokal, demikian laporan pedagang yang tergabung dalam komunitas tersebut, tambah Ikhsan Alhaque seorang lelaki yang suka traveling itu.
Ini terjadi perubahan prilaku di masyarakat, dalam upaya mengurangi penyebaran pandemi, makanya tahun ini saat Ramadhan bazaar kuliner kembali dilakukan dan hasilnya tetap menjanjikan, kata pejabat yang selalu tampil perlente tersebut.