Banjarmasin (ANTARA) - Ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Amalia Rezeki, perjalanan menyelamatkan populasi dan habitat orangutan Kalsel cukup panjang.
"Sejak pertama kali kami menemukan keberadaan orangutan Kalsel di kawasan kecamatan Haur Gading pada 2011, kami melaporkannya ke Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel pada 2014, sekaligus mohon izin untuk melakukan penelitian lebih lanjut, setelah beberapa kali turun ke lapangan didampingi Tim dari Inggris, Kanada, Amerika dan Australia," katanya, melalui siaran pers dilaporkan Jumat.
Ia sangat bersyukur penemuan orangutan Kalsel itu mendapat respon positif dari pemerintah provinsi Kalsel.
"Waktu itu tim kami langsung menemui Gubernur H. Sahbirin Noor untuk meminta perlindungan populasi dan habitat orangutan Kalsel dilokasi yang masih tersisa," ujarnya.
Mengingat secara ilmiah sebelumnya sebaran populasi dan habitat orangutan dinyatakan tidak ada. Dan bentuk dari kepedulian gubernur pada 23 Agustus 2017 mengeluarkan SK No. 188.44/0400/KUM/2017 tentang Pembentukan Tim Konservasi Orangutan dan Bekantan Provinsi Kalimantan Selatan.
Amalia Rezeki yang juga dikenal sebagai dosen pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), menjelaskan, temuan keberadaan populasi dan habitat orangutan Kalsel ini juga disampaikan pada pertemuan dengan Ir.
Wiratno Dirjen KSDAE Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup RI pada acara Sosialisasi Hasil dan Talkshow Konservasi Orangutan Indonesia, 22 Agustus 2017 Gedung Manggala Wanabakti di Jakarta.
Pada 12-13 November 2017 diadakan Pertemuan Regional Konservasi Orangutan Kalimantan Tengah. Pada pertemuan ini Tim Orangutan Kalsel masuk kedalam Forum Orangutan Kalimantan Tengah ( Forkah ) sebuah wadah komunikasi perlindungan orangutan di Kalimantan.
Disisi lain, dibalik kegembiraan atas penemuan keberadaan populasi dan habitat orangutan ini, membuat keprihatinan mendalam bagi Ferry Hoesain founder dari Biodiversitas Indonesia. Mengingat sebagian besar habitat orangutan telah rusak akibat kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahunnya.
"Jujur saya miris, bahkan sempat meneteskan air mata ketika melihat beberapa sarang orangutan yang berada diatas pohon rawa gambut, sedangkan jarak tegakan yang satu dengan yang lainnya berjarak cukup jauh, sehingga untuk melakukan pergerakan dalam mencari pakan dan membuat sarang untuk tidur, orangutan harus berenang atau berjalan diatas air diantara hamparan tumbuhan purun ( Eleocharis dulcis ) atau tumbuhan jenis paku-Pakuan sepeti kelakai ( Stenochlaena palutris ) “, kata Ferry sebutan akrab senior pegiat konservasi satwa liar Kalsel.
Dalam inventarisasi habitat orangutan kali ini ditemukan sekitar 30 sarang orangutan dengan berbagai type. Bahkan dari anggota Tim dari Bappelitbang HSU sempat kontak langsung dengan orangutan jantan dewasa. Kesempatan itu digunakan oleh Eko Yudhi Hartanto - Bappelitbang Kabupaten HSU untuk mendokumentasikan keberadaan orangutan Kalsel sebagai bahan laporan Tim yang dipimpin Dinas Kehutanan Kalsel.
“ Hasil inventarisasi habitat orangutan Kalsel ini, akan kami laporkan ke Kementerian LHK, untuk bahan dalam menentukan kelanjutan status kawasan habitat orangutan Kalsel dikemudian hari, “ kata Supiani, selaku ketua Tim Inventarisasi Habitat orangutan Kalsel dari KSDAE Dinas Kehutanan Kalsel.
Disisi lain habitat orangutan di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dan Tabalong, menurut penelitian Forum Orangutan Indonesia ( Forina ) yang dipimpin Sri Suci Utami Atmoko, peneliti senior orangutan Indonesia, ketika menindak lanjuti temuan orangutan oleh Tim Biodiversitas Indonesia pada tahun 2016.
Menjumpai sekitar 15 jenis mamalia, baik secara langsung maupun indikasi keberadaannya melalui jejak, sarang, cakaran, fases maupun suara.
Diantaranya diketahui satwa yang dilindungi, seperti ; Owa-owa ( Hylobatis albibarbis ), Lutung merah ( Presbytis rubicunda ), Rusa sambar ( Cervus Univolor ), Rusa Timor ( Cervus timorensis ), Beruang madu ( Holartos malayanus ), Kancil ( Tragulus javanicus ).
Napu ( Tragulus napu ) serta beberapa jenis burung yang dilindungi seperti bangau Tong-tong ( Laptotilos javanicus ), Elang Bondol ( Haliastur indus ), Elang laut perut putih ( Haliastur leucogaster ) dan banyak lagi keragaman satwa yang bisa ditemui dilokasi tersebut.