Petani Desa Limpasu Kabupaten Hulu Sungai Tengah kini bersukaria mengenyam manisnya hasil buah semangka yang mereka tanam di lahan tumpang sari dengan perkebunanan karet sejak tiga bulan lalu.
Perasaan sukacita tersebut tergambar jelas di wajah petani saat melakukan panen perdana semangka yang ditanam dengan memanfaatkan sela-sela lahan kosong di perkebunan karet.
Salah seorang petani desa tersebut Murdi mengatakan, lahan perkebunan karet yang dikombinasi tanaman semangka menjadi karunia tersendiri bagi dia dan petani di lokasi kebun Gayaba Desa Limpasu Kecamatan Limpasu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Bagaimana tidak, tanaman semangka yang diusahakannya ditanam seluas 17 borongan, yang merupakan tanaman sementara atau tumpang sari yang ditanam di antara tanaman karet yang sedang dibibitkan kini membuahkan hasil.
Menurut dia, dari luasan lahan 17 borongan tersebut menghasilkan buah antara empat sampai tujuh ton semangka yang dikenal cukup manis.
"Karena rasa yang segar dan manis tersebut semangka kami cukup laku di pasaran," katanya.
Pada saat panen para pengumpul berebut untuk membeli dengan harga borongan dengan harga Rp1.500/kilo sementara apabila dijual eceran Rp2.000 per kilo.
Dengan demikian, bila Murdi memiliki tanaman semangka seluas 17 borong dan menghasilkan hingga tujuh ton semangka, maka tiap kali panen dia mengantongi hasil tidak kurang dari Rp10,5 juta.
"Bibit semangka yang kami tanam adalah jenis Frontier, dengan keunggulan memiliki buah lebat, cocok dengan kondisi lahan di daerah ini," katanya.
Masa tanam dan panen semangka juga cukup pendek yaitu hanya sekitar tiga bulan, semangka juga tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta buahnya pun besar-besar.
Dalam satu tahun, petani Desa Limpasu mampu menanam hingga empat kali. Lahan yang ditanami untuk kedua kalinya biasanya lebih produktif dari segi jumlah dan besarnya semangka.
"Kami akan terus menanam semangka ini hingga umur karet mencapai tiga tahun, sambil menunggu karet tersebut besar dan siap untuk ditoreh getahnya," katanya.
Setelah berumur tiga tahun tersebut, maka lahan tersebut akan digunakan khusus untuk tanaman karet.
Lapangan Kerja
Potensi pertanian semangka di desa tersebut tidak hanya menjanjikan peningkatan kesejahteraan petani tetapi juga membuka lapangan kerja baru bagi warga yang tidak memili lahan.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan tokoh masyarakat Desa Limpasu, Azhar yang juga memiliki lahan kebun semangka.
Menurut dia, untuk menanam semangka di lahan persemaian benih karet tersebut dia memperkerjakan tiga hingga empat warga sekitar.
Keuntungan yang didapat, kata dia, juga bisa mencapai dua hingga tiga kalilipat sesuai dengan luas lahan semangka yang ditanam.
Perawatannya pun, kata dia, juga tergolong mudah antara lain dengan cukup menjaga kebersihan lahan, pemupukan dan penyemprotan.
Selain mendapatkan keuntungan dari buah semangka, keuntungan lainnya lahan yang disiapkan untuk karet menjadi terawat dan terjaga dari gulma.
"Kondisi tanah di Desa Limpasu memang menunjang budidaya tanaman semangka karena tanahnya termasuk dataran tinggi yang subur, masa tanam dan panen semangka rutin dilaksanakan para petani secara serentak dengan pemasaran yang luas ditunjang semangka limpasu dikenal gurih dan manis" katanya.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pemkab HST Syaiful mengatakan saat ini Pemkab HST sedang gencar mengembangkan perkebunan karet karena terbukti banyak membantu mensejahterakan masyarakat.
Menurut dia, potensi lahan untuk karet di HST seluas 32 ribu hektare dan yang sudah ditanam lebih dari 22 ribu hektare.
Diharapkan dalam lima tahun ke depan seluruh sisa lahan seluas 10 ribu hektare sudah bisa ditanami karet.
"Saat ini dari 22 ribu hektare yang telah tertanam, sebanyak 12 ribu hektare sudah berprodusi, sisanya sudah berumur tua atau baru ditanam.
Penanaman karet tersebut, kata dia, dibantu oleh dana APBD I, APBD II dan dari APBN. Khusus APBD II bantuan berupa bibit, pupuk dan obat-obatan, sedangkan APBD I berupa upah buruh tani.
Sedangkan dari pusat, kata dia, terdapat dua program yaitu program lengkap berupa bantuan bibit, pupuk hingga upah dan tidak lengkap hanya berupa bibit saja atau pupuk saja, melihat lokasi.
Bantuan tersebut, tambah dia, hanya diberikan dalam satu tahun, dan sisanya swadaya masyarakat sendiri.
Program beberapa pemerintah daerah tersebut, sebagai salah satu upaya untuk menggeser investasi pertambangan yang kini menduduki peringkat pertama ke sektor perkebunan dan pertanian.
Gubernur Kalsel Rudy Ariffin mengungkapkan, saat ini pemerintah daerah maupun provinsi sedang mengembangkan sektor pertanian dan tanaman pangan karena terbukti mampu menyumbang PDRB terbesar di Kalsel dibanding pertambangan./B/Fahtur*C
Berkah Manisnya Semangka Limpasu
Sabtu, 30 April 2011 9:04 WIB