Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Seorang pemerhati perkaretan Indonesia meminta Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menyelamatkan keberadaan petani karet yang belakangan hidup mereka terpuruk lantaran harga karet yang berada pada titik terendah.
Asril Sutan Amir yang dikenal sebagai mantan Ketua Gabungan Pengusaha Pabrik Karet Indonesia (Gabkindo) yang kini menjadi penasehat organisasi perkaretan tersebut saat berada di Banjarmasin, Rabu mengaku risau kondisi harga karet belakangan ini.
"Kondisi karet yang murah di tingkat petani Kalsel, bisa menghapus julukan Kalsel sebagai daerah produsen karet alam Indonesia, karena itu pemerintah harus menyelamatkan kondisi tersebut," kata Asril Sutan Amir kepada wartawan.
Berdasarkan pemantauan Gapkindo Kalsel harga karet di beberapa kabupaten produsen karet alam cukup bervariasi, yang tertinggi di Kabupaten Tanah Bumbu dengan harga antara Rp6.0000,- hingga Rp8.000,- per kilogram, tetapi yang sangat rendah Rp3.000,- hingga Rp4.000,- berada di sentra karet Kabupaten Balangan.
Walau harga bervariasi tetapi dibandingkan dengan sebelumnya harga karet tersebut anjlok, karena harga karet pernah sentuh dengan harga Rp35.000,- hingga Rp40.000,- per kilogram.
Harga karet murah tersebut memang berlaku seluruh Indonesia tetapi untuk wilayah Kalsel yang paling rendah, lantaran kualitas yang dihasilkan petani setempat sangat jelek yang dikenal dengan istilah karet lum atau karet asalan.
Kalau hal tersebut terus dibiarkan maka bisa membuyarkan keinginan masyarakat setempat untuk mengelola kebun karet, padahal tanaman karet salah satu tanaman yang sangat ramah lingkungan.
Oleh karena itu, harus ada tindakan pemerintah untuk menyelamatkan dari keterpurukan petani karet tersebut, umpamanya dengan memberikan penyuluhan agar petani karet tidak lagi memproduksi karet asalan, tetapi karet lembaran kering yang berharga mahal.
Kemudian pemerintah harus memberikan bibit gratis terhadap petani setempat untuk mengubah kebiasaan membudidayakan pohon karet lokal ke jenis karet unggul.
Karena salah satu penyebab karet Kalsel anjlok tersebut karena lateks yang dihasilkan berasal dari pohon pohon karet lokal yang tumbuh secara alamiah, bukan dari pohon karet unggul yang pembudidayaannya diberlakukan sesuai kaidah yang benar.
Menurutnya ada jenis bibit karet unggul yang murah tetapi berkualitas yakni jenis IRR dengan produksi lateks banyak berpohon besar dan memiliki tingkat kekentalan lateks yang baik dan harga bibit murah sekitar Rp6.000,- saja per batang.
Asril Sutan Amir yang berasal Banjarmasin dan kini tinggal di Jakarta tersebut menyebutkan mengaku selalu mencermati perkembangan dunia perkaretan Kalsel, mengingat daerah ini dari Jaman Belanda hingga sekarang merupakan daerah produksi karet Indonesia.
Di Kalsel sendiri dibangun 12 buah pabrik karet anggota Gapkindo yang menampung karet alam rakyat yang setelah di olah kemudian di ekspor, sementara di Kalteng ada lima buah pabrik.
Pemprov Harus Selamatkan Petani Karet
Rabu, 3 September 2014 15:41 WIB