Banjarmasin, (AntaranewsKalsel) - Seorang pensiunan perwira menengah TNI-AD Nasib Alamsyah menyayangkan ada pensiunan perwira tinggi pada TNI terkesan tak beretika lagi, seperti membuka rahasia militer dalam kancah pemilihan presiden Republik Indonesia tahun 2014.
"Padahal mereka (pensiunan yang menyandang pangkat Jenderal) itu yang mendidik menanamkan disiplin agar tidak membuka rahasia militer. Tapi kenyataannya mereka pula yang seakan seenaknya membuka rahasia TNI," ujar Kolonel Infanteri purnawirawan itu, di Banjarmasin, Senin.
Pernyataan mantan Komandan Korem Bone, Sulawesi Selatan itu, berkaitan dengan sikap beberapa pensiunan perwira tinggi (pati) yang belakangan seakan menyerang habis-habisan terhadap Prabowo Subianto yang ikut mencalon presdien (mencapres) tahun 2014.
Putra kelahiran Kalimantan yang ikut dalam Operasi Seroja Timor Timur itu mempertanyakan, apa dan siapa di balik penyerangan terhadap mantan Komandan Jenderal Korps Pasukan Khusus (Komjen Kopasus) tersebut saat mencapres tahun 2014.
"Mengapa saat mendapingi Megawati Soekarnoputri mencapres pada pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres & Pilwapres) lalu tak ada serangan terhadap Prabowo," ujar Nasib Alamsyah yang kini Ketua DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel).
Putra "Bakumpai" (salah satu komunitas penduduk asli Kalsel) itu mengaku mengetahui betul sikap dan pribadi putra Soemitro atau sang "pendekar ekonomi" Indonesia tersebut, karena sering makan-minum bersama pensiunan jenderal bintang tiga itu.
"Salah satu sikap/pribadi yang mengesankan dari calon presiden (capres) RI dengan nomor urut satu (1) pada Pilpres Juli mendatang itu, yaitu sewaktu menjadi pemimpin, dia peduli terhadap kesejahteraan anak buah (pasukan)," tuturnya.
"Hal lain sikap positifnya, tidak menggeroguti keuangan negara untuk kepentingan pribadi, apalagi sampai menjual aset negara. Bahkan uang pribadi dia sumbangkan untuk kesatuan," lanjut almunus Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1973 itu.
Mengenai debat capres, menurut dia, jauh lebih punya wawasan dan visioner Prabowo daripada Joko Widodo (Jokowi) dalam mantapan negara dan bangsa Indonesia ke depan.
Sebagai contoh sederhana, dalam hal pembangunan ekonomi bangsa Indonesia ke depan, Prabowo akan melakukan pendekatan secara makro atau global, sementara Jokowi secara mikro.
"Pendekatan mantan Wali Kota Solo, Jawa Tengah itu benar, manakala sebagai kepala daerah yang ruang lingkupnya cuma kabupaten/kota dan atau provinsi. Tapi sebagai seorang kepala negara harus lebih dari itu," demikian Nasib Alamsyah.