Eka Putri Agustina, pemilik Galuh Putri Sasirangan mengaku kini banyak mendapatkan pesanan pembuatan masker bermotif sasirangan.
"Alhamdulilah di masa sulit pandemi ini ternyata ada berkah tersendiri bagi kami pelaku usaha kain sasirangan. Order masker terus datang hingga kami kewalahan memenuhinya," terang Putri di Banjarmasin, Jumat.
Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan. Motifnya beragam dengan corak warna terang. Kain sasirangan kerap dijadikan seragam pada sejumlah instansi hingga seragam siswa di sekolah. Termasuk oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke Bumi Lambung Mangkurat.
Namun di tengah wabah virus corona, permintaan akan kain sasirangan termasuk dalam bentuk pakaian jadi menurun drastis.
Putri mengaku omzet penjualan kain dan pakaian turun lebih dari 50 persen sejak Februari 2020. Namun peluang bisnis lain ternyata muncul dari penjualan masker kain berbahan sasirangan.
"Jadi saya beralih produksi masker. Dalam sebulan permintaan masker bisa mencapai 30.000 biji dengan omzet Rp300 juta per bulan," ungkapnya.
Masker yang diproduksinya pun tetap memperhatikan standar kesehatan yaitu kain berlapis dengan harga bervariasi dari Rp4.000 hingga Rp15.000.
Kualitas jahitan juga jadi aspek jaminan masker kain berkualitas yang diproduksi Galuh Putri Sasirangan hingga permintaan tak hanya datang dari dalam provinsi Kalsel, namun juga luar provinsi seperti Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Kini Putri dapat mempekerjakan lebih dari 35 penjahit untuk membuat masker. Dimana sangat membantu para penjahit yang sebelumnya mengeluh orderan jahitan pakaian sepi diterpa COVID-19.
"Dalam setiap kesulitan pasti saja selalu ada peluang. Jadi berkat kejelian membaca situasi pandemi ini, alhamdulilah kain sasirangan tetap laku terjual dalam bentuk masker," ujar anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kota Banjarmasin itu.
